Pemilu 2019 sudah berakhir. Kita tinggal menunggu hasil real count dari KPU pada tanggal 22 Mei 2019.
Selain itu, kita pun menunggu hasil pemilihan legislatif, yang menurut saya, tidak terasa gregetnya sama sekali di Pemilu 2019.
Kok bisa?
Menurut pendapat saya, dari bertanya pada beberapa kenalan, baik lama maupun baru, ada 3 alasan krusial kenapa pemilihan legislatif tidak terasa gregetnya di Pemilu 2019.
1. Terfokus oleh pemilihan presiden dan wakil presiden
Semua orang bicara soal kosong satu dan kosong dua. Fokus pada hasil pemungutan suara untuk pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
Inilah yang menurut saya menjadikan pemilihan legislatif ibarat acara hiburan. Masyarakat lebih terbius dengan kampanye dan debat dari Capres dan Cawapres dibanding calon legislatif. Masyarakat lebih mementingkan menentukan pilihan untuk Presiden daripada menetapkan pilihan pada caleg.
2. Caleg tak pernah muncul, tapi balihonya bertebaran di mana-mana
Kampanye lebih dari cukup, mungkin malah bisa dibilang terlalu lama untuk dijalani, sekitar tujuh bulan, namun menurut saya, saya cuma melihat baliho-baliho yang bertebaran di sepanjang jalan, namun saya tak pernah melihat para caleg ini terjun langsung ke warga untuk menyampaikan visi dan misi mereka (atau mereka mengadakan acara-acara sederhana untuk kalangan internal? Mungkin seperti itu.)
"Saya bingung mau nyoblos siapa. Gak ada yang dikenal," kata Reni (bukan nama sebenarnya), salah satu warga yang menggunakan hak pilihnya di TPS yang sama dengan saya. Yang lain pun juga kurang lebih sama pendapatnya.
Memang cukup tragis. Gambar caleg ada di mana-mana, tapi tak satu pun yang dekat di hati.
3. Konotasi negatif soal caleg
"Ah, caleg itu apa sih kerjanya? Cuma koar-koar di layar kaca, kerjanya gak ada."