Lihat ke Halaman Asli

Hamdali Anton

TERVERIFIKASI

English Teacher

Puisi | Hidupku Tergantung pada Dawai-Dawai Ini

Diperbarui: 13 Februari 2019   23:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar : palembangplus.blogspot.com

Sudah 30 tahun aku mengamen. Gitar tua ini selalu menemani. Goretan demi goretan terpampang nyata di pinggiran gitar. Entah sudah berapa kali sang gitar mencium aspal.

Entah sudah berapa lagu aku dendangkan. Mulai dari 'Bento' lagu Iwan Fals sampai lagu-lagu Ebiet G.Ade. Mulai dari lagu 'Jatuh bangun aku' sampai 'Alamat Palsu' Ayu Ting Ting. Bahkan aku menuruti permintaan lagu dari para pendengar di warung-warung makan. Kucoba memainkan sebisanya.

Kering tenggorokan sudah biasa. Sakit kepala sudah jadi langganan. Uang receh di kantong celana sudah jadi ringan bagiku. Perut melilit pun sudah tidak masalah.

Menyanyi satu-dua lagu di warung, lalu topi pun kuedarkan. Kebanyakan memberikan recehan logam seratus atau lima ratus. Itu pun terlukis di wajah mereka yang sebetulnya terpaksa atau enggan memberikan uang padaku. 

Seandainya aku adalah mereka, lahir dari keluarga kaya, pasti aku tak akan jadi pengamen seperti ini. Kalau ditanya, "Kau mau hidup enak?" Tentu saja kujawab, "Ya."

Tapi memang untuk saat ini, ini profesiku. Aku lahir dari keluarga miskin, bukan kaya. 

Menelusuri warung demi warung. Mencari rejeki dari kemurahan hati para pendengar. 

Aku, pengamen. Untuk apa aku malu? 

*

Samarinda, 13 Februari 2019

Anton




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline