Dulu, angin yang membawa namamu,
tak pernah kuhirup dengan rasa penasaran.
Kau hanya bayang samar di mataku,
Selintas, tak ada kilau yang membutakan.
Aku melihatmu tanpa tatap,
tanpa peduli langkahmu berjejak.
Bukan segan tapi enggan menganggap,
semesta menjadikan namamu dan hatiku berjarak.
Namun entah bagaimana permainan waktu,
perlahan mengurai benci dalam segumpal rindu.
Kau tetap sama, sosok yang tak berubah,
tapi mataku kini menatap dengan cara yang indah.
Senyummu, yang dulu kusebut biasa,
kini berpendar sehangat surya.
Suaramu, yang pernah kuanggap angin lalu,
kini terasa seperti lagu-lagu yang kutunggu.
Apakah ini sihir semesta?
Atau cintaku tak kompromi dengan logika.
Apakah pesonamu yang datang tiba-tiba?
Atau aku buta terlalu lama.
Buru, 29 Januari 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI