Sudah jatuh, ada yang berusaha menimpai tangga pula. Serempeten istilah itu rasanya berkaitan dengan kejahatan digital yang Selasa, 25 Juli lalu menimpa saya. Sepulang kerja, ponsel saya jatuh dari atas sepeda motor tanpa disadari. Apakah malang berhenti sampai di situ? Ternyata tidak.
Ketidakberuntungan justru dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Kepanikan orang yang sedang kehilangan malah menjadi mangsa emas untuk para penjahat yang beraksi di jaringan internet. Semakin canggih suatu zaman, memang semakin kejam bentuk cyber crime.
Cyber crime juga bermacam-macam, seperti phishing yang berfokus pada penipuan pada akun-akun keuangan, seperti mobile banking dan e-wallet. Ada juga penjahat yang berfokus pada peretasan email dan akun jejaring sosial. Ada pula kejahatan yang disebut carding, carder melancarkan kejahatannya dengan menggunakan kartu kredit orang lain yang datanya dicuri. Dan masih banyak lagi macam-macam kejahatan melalui jaringan di era digital ini.
Orang yang kehilangan ponsel ternyata menjadi sasaran renyah penjahat-penjahat digital dengan memanfaatkan situasi. Serba salah bagi orang yang kehilangan, saat memberitahukan kehilangan pada orang lain, agar berharap kemungkinan dapat ditemukan kembali, justru malah mengundang penipu-penipu keluar dari sarangnya. Baru saya sadari bahwa menyebarkan kabar kehilangan di sosial media, itu tidak direkomendasikan karena akan lebih berbahaya.
Orang kehilangan itu panik dan kesempatan penipu menyusup
Sore itu saat ponsel saya hilang, tidak satu pun akun sosial media dapat diakses karena seluruh kode verifikasi masuk ke nomor ponsel yang hilang tersebut jika ingin diakses dari perangkat lain.
Langkah pertama saya ke layanan provider setempat untuk menonaktifkan nomor seluler tersebut. Tetapi ternyata alatnya tidak tersedia dan harus ke ibu kota kabupaten yang jauh untuk menindak lanjuti. Sedangkan itu sudah hampir sore dan gerai provider telah hampir tutup. Saya harus menunggu besok.
Entah pikiran sudah sangat dangkal atau tak punya solusi (maklum baru pertama mengalami kehilangan ponsel), saya meminjam ponsel ibu saya untuk menyiarkan kehilangan ponsel karena perkiraan jatuh tidak jauh dari lokasi tempat tinggal. Akun sosial media ibu saya kebanyakan mutual friends bersama orang-orang terdekat.
Respon orang-orang baik yang bersedia menyebarkan dan mendoakan kebaikan. Tetapi dibalik itu terdapat orang jahat yang entah datangnya dari mana. Salah satu akun mengirim direct message kepada ibu saya dan memberitahukan bahwa ponsel saya dia temukan.
Ketika saya cross check, akun tersebut tidak berteman dan tidak ada teman mutual satu pun. Dari situ saja saya sudah curiga dia penipu.
Tidak lama kemudian, penipu itu telpon di akun ibu dan saya yang mengangkatnya. Dia memantapkan kata-kata bahwa ponsel saya sedang berada ditangannya.
Saya balik bertanya, "Nemu HP saya di mana, Mas?" dia menjawab bahwa menemukan ponsel saya sekitar situ saja. Saya bertanya kembali, "Situ mana?" Dia menjawab bahwa di Maluku Selatan. Fixed itu penipu karena saya tidak tinggal di Maluku Selatan. Saya tidak menanggapi lagi.