Awal pacaran hanyalah ajang mengenal dan mendalami perasaan masing-masing dari sepasang kekasih. Tidak lepas pula dari mendalami karakteristik pasangannya. Setelah menjalani berbagai kondisi saat pacaran, biasanya sepasang kekasih akan merasa adanya sebuah kecocokan dan kematangan dalam membina hubungan.
Jika suatu hubungan telah dirasa matang, tentu jenjang hubungan tidak cukup sebatas pacaran. Keseriusan untuk jenjang yang lebih tinggi adalah janji suci pernikahan dan mengarungi bahtera rumah. Telah terprediksi bahwa kebutuhan dalam suatu hubungan itu erat kaitannya dengan finansial atau keuangan. Dari biaya penyelenggaraan pernikahan hingga kehidupan setelahnya.
Bagi orang-orang yang terbiasa mengandalkan orang tua, mungkin segala kebutuhan pernikahan itu bisa diatur. Namun bagi orang-orang yang terbiasa mandiri dan telah bekerja, membiayai pernikahan dengan uang sendiri tentu sebuah kepuasan. Kendalanya adalah uang yang dibutuhkan tidak sedikit, puluhan hingga ratusan juta rupiah hanya untuk terselenggaranya pesta pernikahan. Menabung sudah pasti, agar cepat mencapai target, apakah menabung bareng pacar adalah solusinya? Haruskah menabung bersama dalam satu nomor rekening bank saja?
Menabung bareng pacar juga tampaknya adalah sebuah bentuk pembuktian komitmen. Sebuah komitmen bersama yang tidak cukup hanya dibayar dengan cinta kasih. Kebutuhan finansial dan materi sudah pasti menyertai.
Risiko nabung bareng pacar dalam satu akun tabungan
Setiap langkah yang dipilihan dalam hidup sudah ada takaran risikonya. Entah risiko berat ataupun ringan. Walau nabung bareng pacar itu tujuannya baik, demi memenuhi kebutuhan masa depan, bahkan dapat melatih sepasang kekasih untuk mengatur keuangan keluarga nantinya, tetapi keputusan nabung bareng pacar juga mengandung risiko yang serius.
Biasanya nabung bareng pacar itu ditabung dalam satu akun rekening bank. Bisa menggunakan akun si cewek ataupun si cowok. Di sinilah dapat diukur kekompakkan, kesungguh-sungguhan dan pastinya kepercayaan.
Bagaimana kalau nantinya hubungan itu kandas di tengah jalan? Suami isteri saja bisa bercerai, apalagi hubungan asmara yang masih di jenjang pacaran. Buyarnya hubungan, berisiko membuyarkan pula segepok tabungan.
Kandasnya hubungan pacarana tidak selamanya berakhir baik-baik. Inilah risiko terbesar nabung bareng pacar dalam satu akun bank. Belum surut hancurnya hati, masih harus kelimpungan urusan uang. Artinya, saat putus terdapat harta gono-gini seperti layaknya perceraian suami isteri. Repot sekali, ya?
Jika putus hubungan, wajib kiranya membagi tabungan. Jika nominal tabungan antara si cewek dan si cowok sama persis, mungkin tinggal bagi dua saja dari seluruh nominal angka yang ada. Jika ternyata saat menabung jumlah nominal cewek dan cowok tidak sama bahkan acak tanpa ketentuan nominal per bulannya. Pembagian akan serancu perceraian. Ini terjadi pun jika mantan pacar dapat dipercaya. Maka masih terjadilah rumitnya hitung-hitungan dan bagi-bagian.
Jika sakitnya putus hubungan meninggalkan jejak kecurangan dan penghianatan pada kepercayaan, beda lagi ceritanya. Pemilik akun nabung bersama bisa saja melarikan tabungan bersama tersebut. Apalagi jika salah satu pasangannya tidak memiliki bukti telah menabung. Jatuhnya jadi penggelapan dana. Sudah suatu keharusan, nabung bersama pun perlu ada bukti menabung. Misalnya, bukti transfer atau bukti-bukti lainnya agar meminimalisir dicurangi pasca putus.
Bagaimana jika yang menghianati cinta juga yang melarikan tabungan? Double sakit, bukan? Coba renungkan kembali risiko ini. Bukan tidak boleh menabung bersama, tetapi ketepatan sistemnya perlu dipertimbangkan, jangan asal-asalan nabung dan asal-asalan percaya.