Jika mendengar hobi membaca di era yang dibombardir oleh era audio visual seperti sekarang ini, sepertinya agak canggung di telinga. Sudah menjadi hobi yang lumrah sekarang menikmati segala sumber informasi, pengetahuan dan hiburan melalui konten berbentuk video.
Padahal konten-konten bacaan juga sudah dapat diakses secara digital, tetapi huruf demi huruf tidak lagi memikat bagi generasi audio visual. Bacaan hanya seperti nasihat yang membosankan. Bahkan jika mendengar profesi seorang kreator konten, langsung terpikir YouTuber, TikToker dan lain sejenisnya. Padahal penulis seperti kompasianers juga seorang kreator konten, bukan?
Namun hobi membaca tidak tertimbun zaman bagi orang-orang dengan kadar hobi membaca yang telah mandarah daging seperti saya. Baik membaca buku sebagai produk cetak, maupun membaca dengan bantuan perangkat gawai dan laptop sebagai produk digital.
Meneliti kemunduran hobi membaca saat ini, begitu banyak artikel yang memuat tips dan trik agar anak-anak memiliki hobi membaca sejak dini. Segala upaya yang menarik ditawarkan agar generasi muda juga dapat menggali informasi, pengetahuan dan hiburan dari membaca.
Kembali lagi ke kebutuhan seorang pembaca, ia membaca sebagai hobi atau sebagai kebutuhan. Hobi membaca diambil alih oleh tontonan yang tidak hanya menyuguhkan kata-kata untuk berimajinasi, tetapi langsung diperlihatkan bentuk dan suaranya.
Berbeda dengan membaca untuk kebutuhkan, walau banyak tersedia video ilmu pengetahuan, life hack dan sebagainya untuk informasi kebutuhan hidup manusia, tetapi masih ada yang membutuhkan membaca untuk kebutuhkan kajian literatur. Jadi, bukan lagi soal hobi dan membaca bukan dilakukan dengan senang hati.
Pernah saya bercakap dengan seorang teman soal hobi membaca yang saya miliki sejak baru bisa membaca itu, kemudian teman yang juga generasi 90an menimpali, "Lebih suka nonton film sih daripada baca novel atau baca cerita di platform menulis. Soalnya kalau film enggak perlu berimajinasi, langsung nyata terlihat apa yang dimaksud." Fixed, dia makhluk visual, bukan seperti orang-orang yang memiliki hobi membaca yang justru suka berimajinasi.
Sangking saya suka membaca dan suka berimajinasi dengan cerita-cerita yang saya baca, saya pernah memiliki tokoh fiksi idola. Ia adalah Zaman Zulkarnain, tokoh utama dalam novel "Tentang Kamu" karya Tere Liye. Saya sampai tergila-gila kala itu. Anak zaman sekarang juga memiliki tokoh fiksi idola, bedanya dalam bentuk anime yang masih berbentuk secara visual.
Jika ditanya, "Mengapa hobi membaca? Toh zaman sudah berubah lebih maju." Jawabannya adalah justru membaca adalah awal dari segalanya saya tumbuh dan terbentuk.
Hobi membaca era 90an di Pulau Buru
Diawali dari kisah hobi membaca di tahun 90an, di Pulau Buru pula. Sekarang begitu banyak referensi bacaan, secara cetak maupun buku elektronik, atau bahkan artikel-artikel yang dapat dijelajahi di internet. Di era tahun 90an, saya masih SD kala itu, tidak ada fasilitas untuk mengakses internet, sedang provider seluler saja baru masuk ke Pulau Buru sekitar tahun 2005, saya SMA kala itu.