Lihat ke Halaman Asli

Halima Maysaroh

TERVERIFIKASI

PNS at SMP PGRI Mako

Rasa Cinta itu Mutlak: Respons Kita yang Beragam

Diperbarui: 10 November 2022   15:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Istilah "Cinta di waktu yang salah" popular belakangan untuk insan yang mencintai dalam kondisi yang tidak tepat. Biasanya kondisi yang tidak tepat itu adalah seseorang yang mencintai atau yang dicintai dalam kondisi berstatus dengan orang lain atau telah memiliki pasangan.

Dalam kondisi seperti ini biasanya waktu yang disalahkan. Padahal realitanya waktu itu tak dapat mundur maupun maju. Waktu datangnya cinta tak dapat terlalu cepat, ataupun datang terlambat. Cinta selalu datang diwaktu yang tepat. Cinta tidak dapat dipaksa untuk datang lebih cepat, atau ditunda agak sedikit lambat. Jika cinta mau datang sekarang, maka sekarang yang akan dirasakan.

Ada pula yang malah menyalahkan perasaan atau cinta itu sendiri. Sesungguhnya manusia dapat memilih pada siapa akan berlabuh tetapi cinta tak dapat memilih di hati siapa akan jatuh dan tumbuh. Sedangkan cinta itu terasa di luar kendali nalar manusia, bagaimana cinta disalahkan? Tak ada seorang pun mau mengalami cinta yang tak seharusnya seperti itu, tetapi rasa lagi-lagi bak jailangkung yang datang tanpa diundang.

Cinta itu mutlak adanya, tak ada cinta yang salah karena tak ada remot yang dapat mengendalikan cinta. Tetapi respons dari masing-masing individu yang beragam dan dapat dikendalikan oleh diri sendiri. Berikut macam-macam respons individu dari cinta yang dirasakan.

Mengikuti Arusnya Walau Entah Dibawa ke Mana

Mengikuti arus perasaan dan menuruti cinta tersebut dapat membuat seseorang menjadi budak cinta atau bahasa kekiniannya disebut bucin. Untuk kondisi normal, hal mengikuti arus perasaan sah-sah saja. Tetapi untuk kondisi "cinta di waktu yang salah" maka mengikuti arus perasaan hanya akan menimbulkan beban moral karena ini adalah kesalahan fatal. Perlu diingat bukan cinta yang salah, tetapi respons dari individu yang merasakan cintalah yang keliru memilih respons.

Mengikuti arus perasaan dampaknya juga sangat buruk untuk sosial dan lingkungan. Akan menjadi sebuah kasus yang dianggap asusila untuk cinta yang semacam ini. Bahkan banyak yang beranggapan bahwa itu bukanlah cinta, tetapi nafsu.

Tidak dapat dihakimi rasa tersebut cinta ataukah napsu karena tak ada seorang pun yang mampu persis merasakan kecuali orang yang bersangkutan. Pihak lain yang mengetahui tidak dapat menghakimi bergitu saja. Tetapi untuk menghakimi salah, memang benar itu salah. Hanya sebatas itu yang dapat dihakimi oleh orang lain.

Jadi, jangan sampai berada di arus ini. Akibatnya akan sangat berbahaya. Sanksi sosial dan beban moral akan menimpa dan itu tidak mudah.

Tidak Mengungkapkannya

Tidak mengungkapkan adalah cara merespons paling jitu dan paling aman. Untuk cari aman, memang tidak mengungkapkan adalah respons paling tepat dan bijak. Dengan tidak mengungkapkan, mungkin akan menjadi sisa penasaran di hati seseorang. Tetapi masalah perasaan hanya sampai di situ saja, tidak akan menyebar lebih jauh lagi.

Mungkin sakit dan sesak luar biasa menyimpan perasaan tersebut. Tetapi jika mampu untuk menyimpannya sendiri, maka akan menjadi pribadi yang sangat kuat. Melalui hari-hari tersebut tak akan mudah. Masih banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi galau yang berkepanjangan akibat dari menyimpan rasa sendirian, misalnya:

  • Menulis ekspresif untuk healing
  • Menciptakan lagu untuk meluapkan perasaan
  • Bernyanyi dan merekamnya untuk senang-senang
  • Melakukan hobi yang paling disukai
  • Berolah raga agar lebih sehat dan berpikir positif
  • Fokus pada Pendidikan
  • Fokus pada pekerjaan

Sama-Sama Tahu dan Saling Menjauhi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline