Pekerjaan rumah atau PR adalah seni dari pembelajaran itu sendiri. Dapat diketahui fungsi PR adalah untuk penguatan dari materi di sekolah dan melatih kemandirian belajar.
Dilemanya adalah terdapat beberapa PR yang guru berikan diluar kemampuan siswa, sehingga orang tua atau bahkan orang lain yang mengerjakannya.
Misalnya guru memberi RP proyek membuat bingkai foto untuk anak SD kelas II (dua), anak-anak inin harus membawa bingkai foto ke sekolah sebagai hasil kerajinan tangan.
Sudah dapat dipastikan PR semacam ini yang mengerjakan justru orang tua atau bahkan orang lain.
Ini bukan lagi melatih kemandirian tetapi justru menjadikan anak tergantung pada orang lain, tidak melatih kekritisan anak untuk berpikir mencari solusi dan permasalahannya. Maka PR haruslah relevan dengan materi dan kemampuan siswa.
Dewasa ini PR dapat dikerjakan dengan sangat mudah, siswa-siswa sudah banyak yang mendapat fasititas dari orang tua mereka untuk mempermudah mengakses internet.
Perangkat komputer, smart phone, tablet, sudah menjadi pegangan siswa sehari-hari. Siswa zaman now dapat dengan mudah mendapatkan jawaban dari PR mereka dengan sekali klik di perangkat.
Membahas soal PR, sebagian besar orang yang pernah mengenyam bangku pendidikan pasti pernah merasakan mendapat beban PR dengan berbagai dramanya.
Beberapa kenangan tentang PR yang saya alami sebelum internet berperan penting dalam menyelesaiannya.
Mengerjakan PR Berbantu Pelita
Masih ingat sangat lekat dalam ingatan saat PR harus dikerjakan dengan penerangan pelita. Bukan karena listrik belum masuk desa, tetapi masa itu listrik beroprasi mengikuti jadwal yang ditentukan.