Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Halqy Quraisy

Mahasiswa Teknik Elektro Itenas

K3 di Era Internet of Things (IoT) : Solusi Keamanan Kerja di Industri Elektro yang Terintegrasi Dunia Modern

Diperbarui: 10 Januari 2025   14:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : iStock

Di era digitalisasi ini Indonesia tengah menghadapi transformasi teknologi di berbagai sektor industri. Internet of Things (IoT) hadir sebagai solusi inovatif untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di berbagai industri. Teknologi ini menjanjikan perubahan yang signifikan dalam cara pandang dan pengelolaan keamanan di tempat kerja, terutama di lingkungan yang berisiko tinggi seperti industri elektro.

Pada tahun 2023 40% produsen di Indonesia telah mengadopsi teknologi IoT, dengan proyeksi peningkatan efisiensi dan produktivitas hingga 15%. Hal ini tentu berdampak signifikan terhadap praktik K3 di lapangan. Dr. Ismail, Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika juga menekankan peran penting perusahaan terutama telekomunikasi sebagai integrator ekosistem IoT. "Telekomunikasi menjadi tulang punggung dalam implementasi IoT di berbagai sektor, termasuk industri elektro, yang sangat penting untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan kerja" ungkap Dr Ismail pada Desember 2023.

Jumlah perangkat IoT di Indonesia telah melampaui 150 juta di tahun 2023 dan meningkat dari 100 juta pada tahun 2022. Pertumbuhan ini mencerminkan potensi besar dalam penerapan IoT untuk meningkatkan keamanan dan efisiensi kerja di berbagai sektor, termasuk industri elektro. Implementasi IoT dalam K3 pada industri elektro di Indonesia telah menunjukkan hasil yang menjanjikan, antara lain:

1. Sistem Pemantauan Keselamatan Real-time : Perusahaan-perusahaan elektro di Indonesia mulai mengimplementasikan sistem pemantauan keselamatan berbasis IoT. Sistem ini menggunakan sensor yang terhubung ke jaringan untuk memantau berbagai parameter keselamatan seperti suhu, kelembaban, dan tingkat radiasi elektromagnetik di area kerja.

2. Alat Pelindung Diri (APD) Pintar: Inovasi dalam pengembangan APD pintar yang dilengkapi dengan sensor IoT telah mulai diadopsi oleh beberapa perusahaan listrik negara dan swasta di Indonesia. APD ini dapat mendeteksi paparan bahaya dan memberikan peringatan langsung kepada pekerja dan pusat kontrol.

3. Analisis Prediktif untuk Pemeliharaan Preventif : Seperti PLN yang merupakan perusahaan listrik negara Indonesia, telah berkolaborasi dengan Telkomsel untuk mengimplementasikan infrastruktur pengukuran canggih (Advanced Metering Infrastructure - AMI) menggunakan jaringan NB-IoT operator di Jakarta. Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk meningkatkan efisiensi operasional dan keamanan di sektor kelistrikan.

Meskipun menjanjikan, penerapan IoT dalam K3 di industri elektro Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan. Seperti risiko serangan siber juga meningkat. Pemerintah Indonesia telah merespon hal ini dengan menerbitkan Peraturan Presiden No. 47 Tahun 2023 tentang Strategi Keamanan Siber Nasional dan Manajemen Krisis Siber. Regulasi ini merupakan bagian dari upaya Indonesia untuk meningkatkan keamanan siber, yang sangat penting untuk implementasi teknologi IoT yang aman di berbagai sektor, termasuk keselamatan dan kesehatan kerja. Selain itu, tidak meratanya infrastruktur internet di Indonesia menjadi kendala utama dalam implementasi IoT secara luas. Transformasi digital membutuhkan tenaga kerja yang memiliki kompetensi di bidang teknologi informasi dan K3.

Pada Januari 2024, otoritas komunikasi Indonesia SDPPI mengeluarkan regulasi baru, KEPMEN KOMINFO NO.5 TAHUN 2024, yang menetapkan standar teknis untuk peralatan telekomunikasi Non-Cellular Low Power Wide Area Network (LPWAN). Regulasi ini menentukan konfigurasi dan persyaratan operasional untuk perangkat LPWAN, yang sering digunakan dalam aplikasi IoT, termasuk yang terkait dengan K3.

Namun, di balik tantangan tersebut, terbuka peluang besar bagi Indonesia. Pasar IoT di Indonesia diperkirakan akan mencapai USD 11,33 miliar pada tahun 2024, tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 15,21% dan mencapai USD 26,5 miliar pada tahun 2029. Pertumbuhan ini mencerminkan peningkatan ketergantungan pada solusi IoT, termasuk penerapan K3 untuk meningkatkan keamanan operasional dan efisiensi.

 Dr. Siti Nurbaya, Direktur Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan RI, menyatakan pada November 2024, "Kita perlu meningkatkan kurikulum pendidikan vokasi dan pelatihan industri untuk menghasilkan tenaga kerja yang siap menghadapi era IoT, terutama dalam konteks K3 di industri elektro".

Dalam hal ini, era IoT membawa angin segar bagi penerapan K3 di industri elektro Indonesia. Meskipun tantangan masih menghadang, dengan langkah strategis yang tepat, Indonesia berpotensi menjadi pemimpin dalam implementasi K3 berbasis IoT di kawasan Asia Tenggara. Transformasi ini bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman, produktif, dan berkelanjutan bagi jutaan pekerja di sektor elektro Indonesia.

Terkait Tugas Besar K3

Ir. Rustamaji, S.T., M.T.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline