Lihat ke Halaman Asli

Suci NurKhoiriyah

Hi there! im currently studying at Padjadjaran University in Magister Social Psychology.

"Aku Gapapa" Hanya Memperburuk Keadaan

Diperbarui: 1 Desember 2022   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: ugm.ac.id

Apakah kita pernah merasakan hal seperti rasa jatuh cinta tetapi kita menolaknya karena mengganggap rasa itu hanya rasa tertarik sesaat? ataukah kalian merasakan kesulitan bernafas tapi menyangkalnya karena masih bisa bernafas? atau merasa badan sudah lelah tapi tetap beraktifitas karena merasa masih bisa bergerak?

Nah jika kita pernah merasakan hal yang disebutkan diatas maka mungkin saja kita sudah pernah bersikap denial. Dalam psikologi kesehatan, denial adalah hal yang wajar terjadi pada seseorang yang sedang menderita penyakit baik fisik maupun psikis. Odgen J dalam bukunya yang berjudul "Health Psychology" mengatakan bahwa emotional responses atau respon emosi yang pertama kali muncul ketika seseorang sedang menderita penyakit adalah "denial".

Denial termasuk dalam mekanisme pertahanan ego psikologis yang mana kondisi ini terjadi ketika seseorang menolak fakta yang membuatnya tidak nyaman dan tidak ingin diterima serta bersikeras bahwa fakta itu tidak benar meskipun bukti-buktinya sudah melimpah. Denial memang sering terjadi pada pasien yang menderita penyakit kronis, penderita adiksi, dan seseorang yang sedang menghadapi kenyataan pait lainnya. Ketika sedang mengalami beberapa hal tersebut wajar saja jika kita bersikap 'denial' terlebih dahulu.

Akan tetapi kita sering tidak menyadari jika kita sedang bersikap 'denial' dan membiarkan itu terjadi. Lalu, apa aja sih ciri-ciri denial? Seseorang yang menolak membicarakan masalahnya, mencoba menemukan cara untuk menjustifikasi perilakunya sendiri, menyalahkan orang lain atau keadaan sebagai penyebab suatu masalah, berjanji akan mengatasi masalahnya, dan menghindari memikirkan tentang masalah yang sedang dialaminya adalah perilaku seseorang yang sedang bersikap denial.

Bagaimana sih pandangan psikologi kesehatan terhadap perilaku denial? Psikologi kesehatan memandang perilaku denial dari aspek biopsikososial. Secara biologis denial dapat menyebabkan kondisi fisik lebih parah karena tetap dipaksa melakukan kegiatan fisik seperti biasanya. Secara psikologis, pada jangka pendek denial bisa bermanfaat untuk memberikan waktu pada seseorang menyesuaikan diri dengan keadaan atau perubahan nyata dalam hidupnya. Memberikan diri waktu bisa membantu seseorang untuk menerima, beradaptasi, dan move on. 

Namun, secara psikologis denial juga membuat seseorang dilema dengan keadaan yang sedang terjadi. Dilema terjadi ketika seseorang sudah merasa tidak baik-baik saja tetapi terus mencoba meyakinkan diri bahwa masih baik-baik saja dan mengafirmasi diri dengan kata "aku gapapa".

Pada beberapa kasus, denial bisa mencegah seseorang menerima atau mendapatkan bantuan ahli dan pengobatan akan apa yang sedang dialami. Denial juga dapat mengubah kondisi lingkungan sosial. Contohnya, sosial support (teman dan keluarga) yang sebelumnya memberikan dukungan dan ingin membantu mungkin saja akhirnya merasa lelah karena seseorang yang denial cenderung tidak ingin mendengarkan pendapat orang lain dan hanya mempercayai keyakinannya sendiri.

Memang wajar jika sesekali kita bersikap denial atas masalah yang terjadi demi beradaptasi dengan kondisi yang ada. Akan tetapi terus-menerus bersikap denial tidak akan menyelesaikan masalah. Perilaku denial yang terlalu berlarut-larut dan hasrat untuk bersikap denial bisa menjadi semakin kuat dan sulit dihadapi yang mengakibatkan hal ini hanya memperburuk keadaan yang sudah pasti tidak menyelesaikan masalah.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya denial memang membantu kita untuk beradaptasi tapi jika dibiarkan terlalu lama akan menimbulkan dampak yang buruk. Kita akan terlalu lalai dengan kondisi tubuh dan akhirnya akan memperburuk keadaan dan menghambat upaya pengobatan atau intervensi yang dilakukan layanan kesehatan. Lalu, bagaimana cara kita mengatasi perilaku denial?

Luangkan waktu untuk mengurai hal apa yang sebenarnya ditakuti, beri ruang untuk diri memahami perasaan yang sedang kamu rasakan, jujur dengan diri sendiri tentang apa yang sedang kita alami dan rasakan, pikirkan konsekuensi negatif yang akan terjadi jika kita tidak segera mengambil keputusan, bercerita dengan orang yang kita percaya atau kita cintai, dan jika sudah melakukan semuanya tapi tetap tidak menemukan solusinya maka carilah bantuan professional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline