Lihat ke Halaman Asli

Utuh yang hancur

Diperbarui: 25 Desember 2024   22:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

karya Yovi Artika

Pagi itu, matahari bersinar cerah seperti biasanya, namun Alisa merasa ada yang berbeda. Udara terasa lebih berat, seperti membawa firasat buruk yang sulit diabaikan. Alisa, seorang gadis berusia 17 tahun, tinggal bersama keluarganya di sebuah rumah kecil di pinggiran kota. Rumah itu bukan hanya tempat berteduh, melainkan juga saksi bisu perjalanan hidup mereka yang penuh liku.

Namun, semua berubah saat Alisa pulang dari sekolah. Rumah itu, yang selalu menyambutnya dengan kehangatan, kini hanya menyisakan tanah kosong. Tidak ada dinding, tidak ada pintu, tidak ada apapun. Hanya puing-puing berserakan di mana-mana. Seolah-olah rumah itu lenyap begitu saja tanpa jejak.

"Apa yang terjadi?" bisiknya sambil memandangi reruntuhan. Tetangganya hanya bisa menatap dengan rasa iba, namun tidak ada yang berani mendekat untuk memberikan penjelasan. Alisa merasa kakinya lemas, dunia seakan runtuh di depan matanya. Ayah, ibu, dan adik kecilnya? Di mana mereka?

Bab 2: Perjalanan Pahit

Hari-hari setelah itu menjadi mimpi buruk bagi Alisa. Ia mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Beberapa orang berkata rumahnya digusur oleh pihak berwenang tanpa pemberitahuan. Yang lain mengatakan keluarganya telah meninggalkan tempat itu dengan tergesa-gesa karena ancaman. Namun, tidak ada yang bisa memberikan jawaban pasti.

Alisa menghabiskan malam-malamnya tidur di rumah teman atau di pinggir jalan. Ia membawa tas sekolahnya yang kini menjadi satu-satunya harta yang tersisa. Foto keluarganya yang berada di dompet kecil menjadi pengingat bahwa ia tidak sendirian, meskipun kenyataan berkata sebaliknya.

"Aku harus menemukan mereka," gumamnya sambil menatap bintang di langit. Tapi bagaimana? Dengan apa?

Bab 3: Pertemuan Tak Terduga

Di tengah keputusasaannya, Alisa bertemu dengan seorang wanita bernama Nia. Nia adalah seorang pekerja sosial yang kebetulan melihat Alisa menangis di taman kota. Setelah mendengar cerita Alisa, Nia memutuskan untuk membantunya.

"Kita bisa mulai dari kantor catatan sipil. Jika keluargamu pindah, pasti ada jejak administratifnya," kata Nia dengan penuh keyakinan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline