Lihat ke Halaman Asli

dalam hening kumelangkah

Diperbarui: 22 Desember 2024   23:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

DALAM HENING KU MELANGKAH

  Karya: Maria

Langit merah jingga itu seperti gambaran sempurna dari perasaan yang bergolak dalam hati Lara, seperti ombak yang tidak pernah berhenti menghantam  jiwanya. Usianya yang baru 17 tahun tampak terlalu muda untuk memikul beban yang terasa begitu berat. Dunia remajanya, yang seharusnya penuh dengan tawa dan kebebasan, kini terasa seperti sebuah labirin yang tak pernah memberi jalan keluar. Setiap pintu yang terbuka, hanya memperlihatkan kebingungannya lebih dalam.

Dulu, Lara adalah gadis ceria yang tak pernah memikirkan masa depan. Tertawa tanpa beban bersama teman-temannya, hidup terasa sederhana dan penuh warna. Namun kini, semuanya berubah. Dunia yang dulu begitu terang kini menyelimuti dirinya dalam kegelapan keraguan, setiap pilihan terasa seperti tebing yang harus dilalui tanpa petunjuk arah.

 Di kamarnya yang sempit, Lara sering duduk memandangi bintang-bintang yang bersinar redup, bertanya-tanya dalam hati,

 "Apa yang sebenarnya aku inginkan? Dan Ke mana aku harus melangkah?"

Ketakutan merayap dalam setiap ruang hatinya. Ketakutan bukan hanya soal kegagalan, tetapi juga tentang kehilangan dirinya yang dulu. Dia merasa seperti ada bagian dari dirinya yang menghilang, dan ia tak tahu bagaimana cara menemukannya Kembali.

         Sekolah yang seharusnya menjadi tempat untuk ia menggali potensi dirinya  kini menjadi medan pertempuran bagi Lara. Teman-temannya tampak begitu yakin dengan tujuan hidup mereka. Mereka berbicara tentang ujian, tentang jurusan kuliah, tentang masa depan yang mereka rencanakan. Sedangkan Lara, bagai daun yang tertiup angin, tak tahu ke mana harus mengarah. Bahkan Santi, sahabat yang dulu selalu ada untuknya, kini semakin menjauh. Dunia mereka berubah tanpa bisa mereka hindari.

Pada suatu pagi, ketika mereka duduk di bangku panjang di depan kelas, Lara melihat Santi tertawa lepas dengan teman-teman barunya. Tawa itu seperti jarum yang menusuk, semakin memperdalam jarak di antara mereka. Ketika Santi akhirnya mendekatinya, suasana menjadi canggung.

"Ra, kita perlu bicara,"

kata Santi dengan serius.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline