Lihat ke Halaman Asli

Halley Kuncoro

Guru Biasa

Truth Based Learning

Diperbarui: 13 Desember 2020   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://cdn.britannica.com/s:800x1000/75/177675-050-CA1EF60C/detail-Aristotle-School-of-Athens-Plato-Raphael.jpg

Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sekolah adalah salah satu tempat terjadinya proses pendidikan berlangsung dimana guru dan murid sebagai peran utama di dalamnya. Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus terus belajar dan berinovasi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Oleh karena itu metode dan strategi pengajaran yang baru diperlukan seiring perkembangan zaman, salah satu contoh di dunia kerja saat ini diperlukan sumber daya manusia yang tahu akan teknologi dan memiliki pola pikir yang berkembang. Metode pembelajaran Truth-based learning merupakan metode yang sesuai dan tepat untuk kegiatan pembelajaran di sekolah saat ini. 

Metode pembelajaran Truth-based learning berdasarkan teori dan pemahaman dari seorang filsuf yaitu Plato. Plato menyatakan bahwa pendidikan sebagai perawatan jiwa, dan pendidikan adalah upaya mengangkat dan membebaskan orang dari situasi keterberiannya dan mencetakkan hasrat yang baru lewat frekuentasi atas hal-hal yang terarah (A.Setyo Wibowo, 2017).

Plato membuat perumpamaan tentang gua (allegory of the cave) yang tertuang di dalam hasil karyanya Republic (514a–520a). Dalam alegori gua ini Plato memberikan gambaran tentang beberapa manusia yang dirantai seperti tawanan, lalu hanya bisa melihat ke arah depan dan bayangan yang muncul di dinding akibat dari api cahaya yang terpancarkan.

Lalu salah satu dari mereka dilepas dan keluar menuju gua, dan melihat cahaya yang sangat terang dan menyilaukan matanya yaitu cahaya matahari. Ketika ia berada di luar gua, ia banyak memperoleh pengetahuan dan kebenaran. Setelah ia mendapatkan kebenaran dari dunia luar, ia kembali lagi ke dalam gua dan memberikan informasi tentang kebenaran tersebut kepada para tawanan lain, tetapi mereka menolak karena adanya perbedaan keyakinan tentang kebenaran tersebut.

Menurut Plato manusia terdiri dari tubuh dan jiwa, dan mempunyai hubungan yang sangat kuat di antara keduanya. Tubuh digambarkan sebagai lawan dari jiwa, bisa dikatakan juga tubuh adalah wadah dari jiwa. Keberadaan manusia atau jiwa tidak berubah dan bersifat abadi. Manusia juga dikatakan adalah makhluk yang mempunyai akal budi, karena mengacu pada jiwa tadi, bisa dikatakan jiwa penuh dengan ide dan dapat menganalisis apa itu ide. Manusia adalah pribadi yang tidak terbatas ketika jiwanya menyatu dengan tubuhnya. Badan manusia adalah sebagai alat atau media dari jiwa yang berguna pada kehidupan manusia itu sendiri. Dari sejak lahir, manusia sudah memiliki tubuh dan jiwa, dan Plato berpendapat kalau sebenarnya jiwa manusia itu sudah ada sebelum manusia lahir ke dunia. Plato yakin kalau jiwa merupakan hal yang paling utama, karena di dalamnya terdapat prinsip-prinsip tentang kebenaran, pemikiran dan juga kebebasan. Sehingga dapat dikatakan manusia juga adalah makhluk yang mempunyai pemikiran tentang kebenaran dan juga makhluk yang mempunyai kebebasan untuk berfikir.

Alegori gua yang diungkapkan Plato, bisa dikaitkan dengan dunia pendidikan, yang menurutnya adalah proses mengubah jiwa untuk menjadi lebih baik. Mulai dari gua, gua diumpamakan sebagai manusia yang percaya bahwa pengetahuan berasal dari apa yang kita dengar dan kita lihat, namun belum tahu kebenarannya.

Kebenaran itu dipastikan oleh manusia ketika mereka melihat bayangan yang muncul di dinding depan mereka, tetapi sebenarnya hanya kebenaran semu. Lalu tawanan yang lepas dan menuju keluar dari gua, ia akan melihat cahaya yang terang dan ia akan mengalami hal yang menyakitkan ketika melihat cahaya tersebut. Tetapi dibalik proses yang menyakitkan itu terdapat proses penguatan diri, seiring waktu ia akan terbiasa dengan cahaya tersebut dan akhirnya dapat melihat dan memahami.

Jiwa manusia yang sudah memasuki tahap ini dikatakan sudah mendapat pengetahuan yang lebih baik dan kecerdasan yang lebih baik lagi, dibandingkan dengan tawanan yang masih berada di dalam gua. Bukan hanya kebenaran pasti yang diperoleh tetapi juga kebijaksanaan. Kekuatan rasa ingin tahu seorang manusia sudah ada di dalam jiwa manusia itu sendiri, karena itu Plato percaya bahwa keahlian berpikir kritis sangat diperlukan dalam dunia pendidikan untuk mendapatkan kebenaran. 

Dari kebenaran dan kebijaksanaan yang diperoleh, manusia dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Pengetahuan yang baik dan benar akan membimbing manusia melakukan perbuatan yang baik, sedangkan perbuatan yang jahat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan seseorang manusia. Pendidikan selalu menjadi yang terutama karena pendidikan dapat membuat manusia menjadi lebih bijak dan memahami kebenaran tentang kehidupannya. Memang benar jiwa yang mengendalikan tubuh untuk melakukan sesuatu, dan untuk mencapai kesuksesan dilakukan dengan mencari kebenaran, dan kebenaran diperoleh karena jiwa yang terawat dengan baik. Seperti contohnya motivasi diri, motivasi dipengaruhi oleh batin atau jiwa kita sendiri. 

 Dari alegori gua ini cocok diterapkan di dunia pendidikan. Metode Truth-based Learning adalah salah satu metode pembelajaran yang prosesnya mengacu pada alegori gua yang diungkapkan oleh Plato. Metode ini dapat diterapkan di berbagai jenjang dari TK sampai SMA, berikut langkah-langkah dalam metode pembelajaran Truth-based learning:

Dok. pribadi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline