Lihat ke Halaman Asli

Waktu yang Diam Itu

Diperbarui: 12 November 2017   06:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku selalu melihat kupu-kupu yang terbang dari satu bunga ke bunga yang lain.

Kupu-kupu yang dulu kita ajak berbicara soal cinta ternyata adalah kunang-kunang.

Aku baru tahu ketika kedewasaan atau mungkin sadar akan kebenaran waktu yang membentuk pola hidup yang tidak bergerak.

Lambat sekali, seperti  senyummu yang memudar di ambang desahan nafasmu.

Kunang-kunang itu ikut memudar.

Bukan sebuah kesalahan, sebab kenyataannya kau bahagiBukan sebuah kesalahan, sebab kenyataannya kau bahagia.

Ditepi ranjang kehidupan ini, kutemui kembali kupu-kupu itu.

Menjelma merak, membawa lentera di parunya.

Sehingga sebagian tapak kakiku terlihat dan bayang yang cukup setia menemani.

Malam makin menawarkan kesunyiannya.

Saat bayangmu memudar dan  tapak kaki yang mendahuluiku seolah menunjuk arah kepadanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline