Presiden terpilih Joko Widodo pada Minggu, 14 Juli 2019 menyampaikan Visi Indonesia di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat. Dalam visinya Joko Widodo menekankan pada pembangunan infrastruktur, pembangunan sumber daya manusia, investasi seluas -- luasnya, reformasi birokrasi, dan efektivitas serta efisiensi alokasi dan penggunaan APBN.
Sejatinya kelima poin dari Visi Indonesia yang disampaikan oleh Joko Widodo tersebut memiliki satu tema besar yakni mencapai target Indonesia raksana ekonomi 2050.
Hal ini dikarenakan kelima poin tersebut merupakan rentetan yang saling berkesinambungan satu sama lain yang bermuara pada majunya perekonomian Indonesia.
Peristiwa ini sebenarnya juga pernah terjadi saat perumusan Pancasila pada sidang BPUPKI saat Bung Karno mengungkapkan bahwa lima sila dalam Pancasila dapat dipersempit menjadi Ekasila yaitu Gotong Royong.
Dalam kesempatan kali ini penulis akan menjelaskan bagaimana keterkaitan lima visi tersebut dengan muara yang ingin dicapai negeri ini dalam lima tahun ke depan. Poin pertama adalah pembangunan infrastruktur.
Dalam empat tahun periode Jokowi sebelumnya tercatat telah dibangun jalan sepanjang 3.432 km, jalan tol sepanjang 947 km, jembatan sepanjang 39,8 km, jembantan gantung sebanyak 134 unit. Selain itu, masih banyak pembangunan infrastruktur lainnya seperti pelabuhan, bandar udara, jalur kereta api, dan lain -- lain.
Pada kontestasi politik tahun 2019 ini banyak pihak yang mengatakan bahwa pembangunan infrastruktur hanya bermanfaat bagi kaum kapitalis semata.
Namun, kita tidak bisa pula mengatakan bahwa pembangunan ini tidak ada manfaatnya. Infrastruktur mempunyai peran vital dalam mendukung sector perekonomian.
Hal ini dikarenakan dengan adanya infrastruktur yang mumpuni maka segala akses yang diperlukan untuk melakukan transaksi pertukaran barang dan jasa akan lebih efektif dan efisien sehingga hal ini memacu setiap orang untuk lebih giat dalam melakukan transaksi.
Selain itu, dengan adanya perbaikan infrastruktur maka akan menyambungkan antara desa dengan kota sehingga perekonomian tidak bersifat sentralistik tetapi juga tersebar ke seluruh pelosok Indonesia.
Meskipun infrastrutkur sudah dibangun sedemikian rupa tetapi tidak bisa kita lupakan peran penting manusia sebagai subjek yang melakukan segala jenis kegiatan perekonomian.