Lihat ke Halaman Asli

Halim Pratama

manusia biasa yang saling mengingatkan

Optimalisasi AI untuk Menebar Kebaikan

Diperbarui: 21 Juli 2024   15:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perdamaian Indonesia - jalandamai.org

Teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan mengalami perkembangan yang masif dari tahun ke tahun. Kehadirannya dengan fitur, fungsi, dan tampilan yang baru semakin berdampak pada banyak aspek kehidupan manusia. Selama ini ada anggapan bahwa AI adalah ancaman bagi eksistensi manusia, AI akan mengambil peran manusia dalam berbagai pekerjaan.

Anggapan tersebut tidak seluruhnya menggambarkan realitas yang ada. Sebagaimana teknologi yang ada AI juga memiliki sisi positif dan sisi negatif, tergantung siapa yang memanfaatkan teknologi tersebut. Bisa saja AI menjadi peluang bagi lompatan peradaban manusia atau malah merusak tatanan yang sudah terbentuk.

Ketika kita sadari dua kemungkinan tersebut, maka pemanfaatan AI untuk suatu hal positif harus disegerakan atau menjadi urgent. Hal ini tentu saja terkait generasi digital native, kelompok Z dan generasi Alpha, yang tidak bisa hidup tanpa internet dan media sosial. Di tengah keasyikan mereka menjalani hidup pendigitalan, ada bahaya yang mengancam mereka.

Sebagai kelompok generasi yang sangat potensial meneruskan kelompok teroris, mereka menjadi sasaran atau target propaganda radikalisme. Kelompok radikal menyadari bahwa teknologi digital (internet & medsos) adalah elemen vital yang membentuk konstruksi berpikir gen Z dan Alpha, termasuk spiritual/keagamaan. Mereka sudah terbiasa mencari tahu/belajar apapun melalui platform media sosial, pun dengan pengetahuan agama.

Bak gayung bersambut, antara gen Z dan Alpha yang sedang dalam proses pencarian jati diri menemukan jalan sang khalik, bertemu kelompok radikal yang mempropagandakan konten keagamaan radikal, intoleran dan kebencian. Konten-konten tersebut memang sengaja dibuat sebagai propaganda kelompok radikal untuk merekrut pengikutnya. Ditambah lagi gen Z dan Alpha tidak mempunyai fondasi pengetahuan yang kuat mengenai agama, maka ghiroh belajar agama secara virtual itu jadi melenceng.

Propaganda radikalisme dan kebencian berbalut agama di media masa terus berinovasi mengikuti perkembangan teknologi digital yang menjadi trend di kalangan gen Z dan Alpha. Disinilah pemanfaatan teknologi AI dapat kita gunakan untuk kegiatan kontra radikalisasi. Dalam menyusun kampanye anti-kekerasan sebisa mungkin mudah diakses melalui teknologi digital, selain itu juga harus mengikuti trend teknologi digital yang sedang booming di dunia gen z dan Alpha.

Hal itu sangat penting karena melalui trend itulah mereka memiliki keterikatan emosional. Pesan singkat yang dikemas secara kreatif akan lebih mudah dipahami dan diterima oleh mereka dibanding pemaparan berjam-jam mengenai bahaya radikalisme. Yang tak kalah penting dalam kampanye anti-radikalisasi adalah penyebaran yang masif, ketika kampanye anti-radikalisasi bisa dibagikan dan diteruskan oleh banyak orang maka hal tersebut akan menjadi viral. Dan ketika viral, kampanye itu akan menjadi perbincangan sejagad maya sampai dunia nyata, kehidupan sehari-hari diluar internet dan perangkat teknologi.

Cara ini penting untuk terus dilkukan agar kampanye narasi positif menguasai algoritma medsos sehingga tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk propaganda kebencian, kekerasan, permusuhan, intoleransi, dan sebagainya.

Aksi kita sangat menentukan apakah teknologi AI akan menjadi positif atau negatif. Jangan tinggal diam, mari beraksi, kampanyekan kebaikan, tebar benih-benih persaudaraan yang mempersatukan anak bangsa, jangan kasih kesempatan bagi negativity.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline