Lihat ke Halaman Asli

Halim Pratama

manusia biasa yang saling mengingatkan

Sekolah adalah Rumah Perbedaan, Hargai Antar Sesama

Diperbarui: 7 Mei 2023   11:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Toleransi - jalandamai.org

Berbeda adalah keniscayaan. Berbeda adalah anugerah yang telah diberikan Tuhan kepada kita semua. Kok bisa? Ingat, Indonesia adalah negara kepulauan yang mempunyai ribuan pulau dengan suku-suku yang ada di dalamnya. Dari Aceh hingga Papua mempunyai keragaman agama, budaya, bahasa dan latar belakang yang berbeda-beda. Dan keragaman itu sudah ada sejak dulu hingga sekarang ini. Karena keragaman itulah, Indonesia tumbuh menjadi negara berkembang dalam kerangka negara kesatuan republik Indonesia.

Karena keberagaman itu merupakan anugerah, tentu saja menjadi tugas kita semua untuk mempertahankannya. Kemajemukan negeri harus sudah ditanamkan sejak dari dalam pikiran. Sehingga kita tidak merasa menjadi eksklusif, karena dalam kemajemukan diperlukan interaksi antar sesama. Ketika kita merasa eksklusif, kita cenderung merasa benar dan melihat pihak lain sebagai pihak yang salah.

Dalam konteks sekolah, perbedaan itu harus dijaga sebagai sebuah keragaman. Namun dalam kenyataannya, beberapa kali terjadi praktek diskriminasi dan intoleransi di lingkungan sekolah. Praktek bully dan kekerasan fisik pun pernah terjadi. Salah satu contohnya adalah kematian salah satu santri di pondok pesantren Darussalam Gontong, Ponorogo, Jawa Timur. Santri tersebut meninggal pada 22 Agustus 2022, karena diduga mendapatkan tindak kekerasan dari kakak kelasnya.

Di lingkungan sekolah umum, sebelumnya juga pernah terjadi. Pada Maret 2022, Polres Pasuruan memeriksa 13 saksi, terkait kasus dugaan penganiayaan dua pelajar salah satu SMP swasta berasrama. Korban diduga mengalami penganiayaan oleh kakak kelasnya. Jika kita telisik lebih dalam lagi, masih banyak kejadian serupa yang terjadi di lingkungan pendidikan yang lebih tinggi.

Tidak hanya secara fisik, pernah juga terjadi diskriminasi karena kebijakan yang salah dari pihak sekolah. Salah satunya adalah aturan tentang kewajiban mengenakan jilbab bagi siswa perempuan, tanpa kecuali. Ketika ada siswa non muslim yang tidak mengenakan jilbab, langsung mendapatkan diskriminasi oleh siswa yang lain. Hal semacam ini sungguh sangat ironis. Kenapa? Karena sebenarnya kita lahir dan tumbuh dalam perbedaan dan keberagaman itu sendiri. Lalu kenapa kita harus memaksakan keragaman itu menjadi kesamaan?

Sekolah pada dasarnya merupakan rumah perbedaan. Dan dalam rumah perbedaan, menghargai dan menghormati merupakan sebuah keharusan. Berdampingan dalam keberagaman merupakan keseharian yang harus menjadi kebiasaan. Ingat, Tuhan menganjurkan kepada seluruh umat manusia untuk saling mengenal satu dengan lainnya. Dan dalam upaya untuk saling mengenal tersebut, perlu interaksi satu dengan lainnya. Nah, begitu juga dalam rumah perbedaan yang bernama sekolah. Berbagai macam siswa dari mana-mana berkumpul, untuk belajar, untuk menjadi generasi penerus yang bisa bermanfaat bagi keluarga dan negaranya.

Ketika dalam rumah perbedaan tersebut sudah mempermasalahkan perbedaan itu sendiri, tentu akan menjadi sia-sia kita menuntut ilmu di sekolah. Menjadi orang pandai mungkin bukan hal sulit. Tapi menjadi orang yang bisa menghargai dan menghormati, perlu kemauan dan komitmen yang tinggi. Karena itulah, jadilah generasi yang toleran agar keberagaman negeri ini tetap terjaga. Jadilah generasi yang bisa merangkul keberagaman, bukan generasi yang suka memukul perbedaan. Salam toleransi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline