Lihat ke Halaman Asli

Halim Pratama

manusia biasa yang saling mengingatkan

Jagalah Indonesia dan Bijaklah Menebar Informasi

Diperbarui: 11 Januari 2017   00:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia Satu - Jasawordpress.com

Perkembangan teknologi telah memunculkan aktifitas baru bagi masyarakat. Semua masyarakat dari berbagai elemen masyarakat begitu familiar dengan gadget. Seseorang lebih suka memberikan update melalui sosial media, dibandingkan kepada keluarga. Seseorang lebih suka eksis di dunia maya dari pada di dunia nyata. Saat ini, tidak hanya status yang sering mewarnai dunia maya, tapi juga berbagai macam informasi menyebar ke seluruh penjuru negeri melalui dunia maya.

Kebiasaan menuliskan status ini, ternyata terus berkembang kearah yang kreatif. Banyak masyarakat begitu aktif menuliskan curahan hati, menuliskan peristiwa yang mereka lihat, hingga menuliskan analisa mereka terhadap sebuah kebijakan atau peristiwa. Kebiasaan ini tentu sangat positif karena merupakan bagian dari kebebasan berekspresi yang dijamin undang-undang. Namun akan menjadi hal yang negatif, jika kebiasaan menuliskan sesuatu ini dibumbui sentimen negatif atau kebencian.

Suka tidak suka, hal negatif inilah yang sering terjadi akhir-akhir ini. Berita palsu begitu masih beredar. Berita yang dilandasi kebencian terhadap seseorang atau kelompok tertentu, masih sering kita dengar. Semakin masifnya berita palsu atau hoax ini tentu membuat publik khawatir. Banyak contoh yang membuktikan, bahwa berita palsu ini telah berdampak buruk bagi masyarakat. Misalnya kasus pembakaran tempat ibadah di Tanjung Balai, Sumatera Utara, terprovokasi akibat pemberitaan salah di media sosial.

Apa jadinya jika berita salah itu terus beredar? Tentunya akan mengancam persatuan dan kesatuan negeri ini. Masyarakat akan mudah marah, masyarakat akan mudah melakukan kekerasan hanya karena tersinggung. Belakangan, Jakarta juga sempat dilanda sentimen keagamaan. Beruntung jutaan massa yang sempat berkumpul di Monas, tidak berakhir ricuh dan mampu menghormati proses hukum dalam kasus dugaan penistaan agama yang menyeret calon gubernur petahana, Basuki Tjahaja Purnama. Kedepannya, kita berharap masyarakat semakin cerdas, dan tetap mengedepankan keberagaman yang menjadi karakter negeri ini.

Seperti kita tahu, Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai banyak suku, agama dan budaya. Aceh berbeda dengan Jawa, berbeda pula dengan Sulawesi ataupun Papua. Islam jelas berbeda dengan Kristen, Hindu ataupu Budha. Faktanya, meski banyak mengandung perbedaan, semuanya itu adalah Indonesia. Indonesia mengakui banyak agama. Indonesia mengakui banyak suku dan budaya. Indonesia mengakui keberagaman. Sekali lagi, itulah Indonesia kita. Berbeda-beda tetapi tetap satu.

Untuk menjaga keberagaman itu, maka kita harus menghargai perbedaan. Mari kita tetap mengedepankan rasa saling menghormati antar sesama, saling membantu dan tetap mengedepankan Indonesia. Ingat, Indonesia membutuhkan generasi yang cerdas. Generasi yang gemar menebarkan pesan damai ke seluruh penjuru negeri. Generasi yang seperti inilah yang dibutuhkan Indonesia, agar Aceh hingga Papua tetap bersatu dalam kerukunan. Sebarkan informasi yang menyatukan, bukan informasi yang menceraiberaikan. Sebarkanlah informasi yang menyejukkan, bukan informasi yang memprovokasi. Karena kita Indonesia, sudah semestinya kita satu.

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline