Lihat ke Halaman Asli

Tidak Ada Pertentangan antara Ilmu dan Agama dalam Islam

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Islam datang memberikan isyarat terjadinya revolusi ilmu pengetahuan secara benar. Periode sebelum datang nya Islam adalah zaman jahiliyah, zaman kegelapan dan kebodohan, dimana khurafat dan kebatilan adalah aturan yang menguasai kehidupan mereka dari permulaan sampai akhir. Kemudian Islam datang membawa cahaya dengan ilmu, menyinari dunia dengan cahaya petunjuk rabbaniyah. Ada 779 jumlah kata ilmu dalam Al-qur’an Allahu Akbar, dan tak terhitung jumlah nya dalam hadist Nabi Muhammad.

Rasulullah bersabda “Dunia itu terlaknat, terlaknat apa yang ada di dalamnya kecuali dzikir kepada Allah dan semisal itu, atau seorang alim (mengajar Ilmu), atau yang belajar ilmu” menjadi bahan bakar semangat bagi umat Islam terdahulu untuk berlomba-lomba mencari ilmu pada zaman daulah Islamiyah. Belum ada sejarah kala itu dan terdahulu yang bisa menyamai, melampaui pergerakan kaum muslim dalam berilmu.

Bila diizinkan membandingkan antara kedudukan ilmu dalam Islam dan kedudukan ilmu dalam pemeluk agama lain, Kristen contohnya. Pihak gereja tidak memperdulikan ilmu, bahkan cenderung melarang dan membunuh filsafah dan ilmuwan. Institusi gereja menggunakan lembaga pengadilan inkuisisi dan menjadikannya sebagai lembaga legitimate untuk menghadapi para kaum cendekiawan dan ilmuwan. akibatnya banyak ilmuan-ilmuan seumpama Galileo Galilei (1564-1642), Niccolas Coppernicus (1473-1543), Giularmo Sarvanolla, Giordarno Filippo Bruno (1548-1600), Johannes Keppler (1571-1630) dan lain-lain menjadi korban kekerasan inkuisisi ini. Sebagian dari mereka dibakar hidup-hidup atau disiksa sampai mati. Telah terjadi pertentangan antara ilmu pengetahuan dan agama di Eropa pada masa kegelapan dengan puncaknya adalah revolusi Perancis, ketika masyarakat memberontak terhadap campur tangan gereja.

Di lain tempat pada abad yang sama, tepatnya di dunia Islam. Terjadi perkembangan pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dalam dunia Islam. Islam mencapai puncak kejayaan, sehingga pada masa ini, peradaban Islam dijadikan sebagai reference culture dan parameter bagi peradaban-peradaban lain. Tidak ada pertentangan antara agama Islam dan ilmu pengetahuan. Islam agama yang mendorong penggunaah akal, mendukung pencarian ilmu bahkan pemberian reward bagi pencari ilmu. Dalam Al-qur’an berisi ilmu pengetahuan.

Nah mari kita bicarakan masa sekarang ini kita hidup. Orang-orang non Islam yang menguasai ilmu pengetahuan, sedangkan kaum muslim terpuruk. Sebenarnya ada apakah gerangan ?? sedikit merangkum dari ceramah Prof.Dr. Ing Fahmi Amhar, ada 3 sebab seseorang melakukan riset. Yang Pertama karena paksaan, dalam hal ini seperti para ilmuwan pada zaman Stalin atau Hitler, para ilmuwan dipaksa melakukan riset dengan taruhan nyawa. Alasan ke Dua seseorang melakukan riset adalah karena ada faktor ekonomi, contohnya adalah para ilmuwan di zaman kapitalisme sekarang ini. Alasan yang ke Tiga adalah alasan keimanan, bisa dilihat saat zaman peradaban Islam maju, para ilmuwan bekerja atas dasar keimanan.

Dari tiga alasan di atas, alasan yang paling kuat adalah keimanan. Bila alasan tekanan hilang seperti saat masa Hitler atau Stalin berakhir, maka berakhir pula tekanan terhadap ilmuwan, dan mungkin berakhir pula riset sang ilmuwan. Bila alasan melaksanakan riset adalah ekonomi, ketika tidak ada uang dalam melaksanakan riset, berhentilah kegiatan riset. Sedangkan alasan keimanan tidak mudah hilang seperti tekanan dan ekonomi.

Alasan keimanan dalam melakukan riset itu yang telah hilang dalam tubuh umat Islam. Hal ini bisa jadi karena agama berada di ranah pribadi sehingga kurang diperhatikan dan dipelajari. Di tambah ideologi-ideologi diluar Islam yang dianut umat Islam, menjadikan umat semakin jauh dari Islam.

Jadi solusi mengatasi rendahnya minat riset dan mencari ilmu pengetahuan bisa didapat umat Islam dengan mengembalikan kehidupan Islam pada umat Islam. Bukan hanya di ranah pribadi seperti rumah dan masjid, tapi juga di ranah publik seperti lembaga pendidikan, lembaga pemerintahan, lembaga ekonomi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline