Mental Baja Anggota Polri:
Meningkatkan Self-Efficacy untuk Tepis Stres dan Raih Hidup Seimbang
By : Halimatus syakdiah
Queiros et al (2020) menemukan bahwa pada kondisi stres anggota polisi menggunakan kata-kata atau perilaku kasar pada saat berinteraksi dengan masyarakat.
Penelitian dari Queiros et al (2020) menyimpulkan bahwa 85% anggota polisi menunjukkan tingkat stress operasional yang tinggi, 28% mengalami tingkat kesulitan yang tinggi, dan 55% berisiko mengalami gangguan psikologis.
Edward, Eaton-Stull, dan Kuen (2021) mengemukakan bahwa konflik polisi-masyarakat meluas dan dapat meningkatkan tingkat stres anggota polisi.
Stres kerja salah satunya juga dipengaruhi oleh self-efficacy (Siddiqui, 2018; Vaezi & Fallah, 2018; Galindo-Dominguez & Bezanilla, 2021). Menurut Bandura (1997), self-efficacy mengacu pada taraf kesulitan tugas yang diyakini individu akan mampu mengatasinya. Tingkat self-efficacy seseorang berbeda satu sama lain. Tingkatan kesulitan dari sebuah tugas, apakah sulit atau mudah akan menentukan self-efficacy.
Hasil beberapa penelitian menyebutkan bahwa self-efficacy yang tinggi akan berdampak kepada berkurangnya stres kerja, sehingga dapat dikatakan bahwa self-efficacy berpengaruh negatif terhadap stres kerja.
Faktor lainnya yang mempengaruhi stres kerja adalah work-life balance (Esguerra, 2020; Atheya & Arora, 2017; Saeed et al, 2018; Raja & Ganesan, 2020; Angelina & Ardiyanti, 2020). Orang yang menjalani work-life balance lebih baik cenderung memiliki stres kerja yang lebih rendah. Sehingga berdasarkan beberapa penelitian terdahulu tersebut menyebutkan bahwa work-life balance berpengaruh negatif terhadap stress kerja.