Lihat ke Halaman Asli

Halimah Rose

Hidup akan lebih indah jika bermanfaat untuk orang lain

Positif? (Bukan) Akhir Segalanya

Diperbarui: 1 Januari 2021   18:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sebuah Kisah Nyata Penyintas Covid-19

Selasa, 15 Desember 2020

Selepas aktivitas Magrib bersama anak-anak, tetiba terdengar  suara dering ponsel Abi. Kulihat dia berbicara dengan seseorang, tapi aku tak bisa mengira dengan siapa Abi berbicara. Tak lama setelah selesai berbicara, Abi sampaikan berita yang  cukup menghentikan napasku sesaat.

"Mi, besok pagi Abi harus swab di Puskesmas Kecamatan Pancoran jam 8. Jadi, Abi ke kantor dulu baru swab," terang Abi sebelum aku sempat bertanya.

"Hmmm...kok Abi tau-tau diminta swab? Puskesmas dapat data  Abi dari mana?" tanyaku penasaran sambil memicingkan mata.

"Tracing, Mi. Ada teman sekantor Abi yang selantai,  sekarang dia dan keluarganya terkonfirmasi positif, " jelas Abi sambil berlalu meninggalkanku yang masih tergugu.

"As-tag-firu-llah," ucapku terbata.

Seketika kurasakan tubuhku menghangat. Bulu kudukku berdiri. Merinding membayangkannya. Kepalaku berpikir keras. Seingatku, kami cukup menaati semua protokol kesehatan. Mengapa jadi seperti ini? Aku takut? Ya, aku takut. Siapa yang tak takut? Penyakit paling menakutkan di sepanjang tahun ini.  Penyakit inilah yang menyebabkan dunia lumpuh sesaat. Penyakit yang telah membuat penduduk dunia kehilangan nyawa hanya dalam hitungan detik.

Besok Abi akan menjalani swab karena tracing.  Itu artinya,  Abi pernah kontak erat dengan penderitanya. Selintas bayangan berita-berita yang pernah kubaca dari internet atau kiriman orang-orang di Whatsapp menyemut memenuhi kepalaku. Bahkan, baru-baru ini beberapa rekan guru  berakhir dengan kehilangan nyawa karena tak tertolong saat timbul gejala sesak napas penyakit ini. Ya Allah. Selekas mungkin kutepis bayangan itu jauh-jauh. Hanya ratusan istighfar yang bisa menenangkan suasana hatiku saat ini.

Di tengah ketakutan dan kebingunganku,  aku dan Abi  membuat kesepakatan bahwa  mulai malam ini kami harus tidur dan beraktivitas terpisah. Karena aku perlu berbelanja dan memasak, aku dan anak-anak  hanya beraktivitas di bawah. Untuk isolasi mandiri, Abi akan selalu berada di atas (lantai 2).

*    *    *   

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline