Lihat ke Halaman Asli

Rahim Ibumu Bukan untuk Melahirkan Seorang Koruptor

Diperbarui: 11 Januari 2018   20:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apa yang anda pikirkan ketika mendengarkan statement diatas? Ya, seorang ibu tentunya tidak ingin anak yang di lahirkan menjadi seorang yang mempergunakan hak dan kewajiban Negara untuk kepentingan individu.

Ibu selalu mendidik anaknya yang nantinya akan menjadi seorang yang dapat bermanfaat baik itu di lingkungan teman terdekat, atau ketika berada pada lingkungan yang lebih besar lagi. 

Perlu kita ketahui kembali korupsi adalah perbuatan yang dapat menyiksa semua kalangan manusia baik itu pada bayi, anak-anak, remaja, dan tentunya orang dewasa pula. 

Memang benar hal demikian tidak mereka rasakan secara langsung  ketika hal keji tersebut di lakukan. Tetapi bayangkan saja jika penghukuman yang tidak tepat tehadap tindakan tersebut akan berdampak sangat parah bagi manusia kedepannya. 

Ibu untuk melahirkan seorang bayi ke dalam dunia yang baru membutuhkan waktu Sembilan bulan lamanya. Dari bulan pertama hingga bulan ke Sembilan ibu selalu bersemangat, dan penuh adanya harapan ketika bayi akan lahir. 

Sebanyak 20 tulang ibumu terasa patah ketika dilahirkan. Manusia biasa saja bisa tidak mampu untuk menghadapi hal demikian bahkan, terkadang kehilangan nyawa yang berharga untuk melihat mutiara jiwanya. 

Tetapi, apa yang di dapat? Bayi yang di lahirkannya adalah seorang perampas harta rakyat. Hingga pada akhirnya ini menjadikan sang ibu adalah mesin pencetak perampok rakyat.

Perlu untuk diketahui pada tiap diri manusia ketika di lahirkan di atas dunia. Manusia telah membuat kesepakatan yang sacral dan menerima segala persyaratan yang di buat oleh Allah. 

Dan oleh sebab itulah ketika bayi yang di lahirkan ke dunia ini selalu menangis. Ketika berada dalam perut ibunya calon bayi selalu menerima asupan fisik dari ibunya, apa yang di rasakan sang ibu dapat di rasakan pula oleh sang bayi. 

Dari beberapa proses diatas sang bayi ketika menjadi seorang yang dewasa mereka lupa akan perjanjian yang telah dibuatnya. Dan seolah-olah manusia adalah pemilik segala-galanya di dunia ini. 

Bayi menangis karena ia begitu sedih hal yang di harapkan tidak sesuai dengan yang di harapkan. Permasalahan yang harus di hadapi, dan sulitnya membedakan manusia yang baik dengan manusia yang pura-pura baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline