Lihat ke Halaman Asli

Munawar Khalil

ASN, Author, Stoa

Magnum Opus Buya Syafi'i Maarif dan Fazlur Rahman

Diperbarui: 30 Mei 2022   15:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi foto wajah Ahmad Syafii Maarif. (DOK KOMPAS/JITET via kompas.com)

Ketika menyusun kajian dengan analisa data menggunakan teori hermeneutika (ilmu tafsir) Barat, saya mempelajari seluruh sejarah perjalanan hermeneutika tidak saja yang filosofis, tapi juga analisis. Dari Schleiermacher sampai Derrida. 

Tak lupa, juga memasukkan sejarah hermeneutika Islam. Tokoh-tokoh dan pemikiran-pemikiran hermeneutika Islam ini di masukkan secara detail pada salah satu bab sebagai komparasi untuk mengimbangi pemikiran tokoh-tokoh hermeneutika Barat.

Semua pemikiran tokoh-tokoh hermeneutik ini sangat menarik, terutama yang dari dunia Islam. 

Selain Muhammad Arkoun dan Hasan Hanafi, yang menjadi sorotan kekaguman saya adalah pemikiran-pemikiran Fazlur Rahman. Seorang neo-modernis yang "dianggap liberal dan radikal" dalam peta pembaharuan Islam oleh kalangan ber-manhaj tekstualis dan skriptualis.

Konsep utama pemikiran hermeneutika Fazlur Rahman adalah menawarkan sebuah metodologi Islam yang terdiri dari perbedaan yang tegas antara Islam normatif dan Islam historis, yaitu metode hermeneutika dan metode kritik sejarah. 

Hal inilah yang dianggap melabrak tradisi-tradisi ilmu tafsir dalam Islam. Di negaranya sendiri Fazlur Rahman pun dicap liberal dan radikal dalam melakukan kritik sejarah Islam.

Metodologi dengan paradigma pemikiran seperti Fazlur Rahman ini biasanya hanya ada pada kajian sarjana-sarjana Barat yang kritis dan menembus batas. 

Metodologi ini, agak sulit kita temukan pada kajian (ber-genre majelis taklim) sarjana-sarjana Timur Tengah yang bersifat linier, lurus, atau positivistik. 

Apalagi salah satu buku Fazlur Rahman yang berjudul Islam and Modernity; Transformation of an Intellectual Tradition, seolah memacu kekakuan sarjana-sarjana muslim untuk keluar menembus batas kajian, agar tidak terpaku kepada teks, tapi konteks yang sangat luas.

image: islamindonesia.id

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline