Rasanya baru kemaren media sosial kita dipenuhi dengan diskusi mengenai konflik Palestina dan Israel. Foto-foto profil netizen hijrah marak berhias gambar bendera Palestina. Mengalungkan scarf kotak-kotak di leher yang ceritanya sekalian juga berfungsi sebagai sajadah.
Donasi mengalir deras dari Indonesia, karena masifnya juga ajakan untuk mengirimkan bantuan. Tak tanggung-tanggung untuk mengkoordinir ini, ada lembaga-lembaga khusus yang selalu berseliweran di layar gadget kita dengan gambar dan narasi kesedihan mendalam.
Satu yang saya ingat, semua alasannya adalah kemanusiaan, bukan agama. Begitu konflik mereda, lembaga-lembaga pengumpul bantuan itu hilang bak di telan bumi memenuhi platform-platform besar.
Lembaga-lembaga pengumpul bantuan tersebut beriklan di Facebook dan Instagram. Artinya untuk tampil di layar gadget kita mereka bayar. Jika iklannya berhenti berarti mereka tidak mampu lagi bayar iklan tersebut karena pemasukannya sudah tidak sebesar ketika ada konflik.
Parahnya, umat Islam begitu mudah tertipu dengan donasi-donasi dan sedekah janji surga seperti itu. Padahal mereka tak pernah tahu bagaiamana spesifikasi pertanggungjawaban bantuan. Saya sendiri pernah nyinyir menanyakan Spj mereka. Dan bagai diserang kerumunan lebah saya langsung dikatakan; "sudah gak nyumbang rese lagi", kata mereka. Alhasil laporan itu gak saya temukan.
Kini, ketika Ukraina di serang, jika alasannya adalah kemanusiaan. Harusnya lembaga-lembaga tersebut muncul lagi. Alasan kemanusiaan, artinya kita sama sekali tidak melihat apapun latar belakang negara maupun agama yang akan kita bantu.
Itulah, bersikap adil sejak dalam pikiran memang bukan perkara mudah. Dan lucunya, baik pengamat (Timur Tengah) maupun netizen yang kemaren mendukung Palestina itu sekarang rata-rata lebih condong mendukung agresi Rusia. Jawabannya sederhana; karena di sana ada Amerika yang identik sebagai mitra Israel.
Belakangan kita baru tahu, ternyata Presiden Ukraina itu terindikasi Yahudi. Jadi sepertinya netizen kaffah Indonesia ingin menghajar Amerika dan Israel lewat tangan Rusia.
Kini terbukti, tidak berselang lama konflik Rusia dan Ukraina meletus, Palestina dan Israel juga memanas. Dan seperti biasa donasi dan keberpihakan itu muncul dan berseliweran kembali di wall media sosial kita. Bersemangat luar biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H