Freeport McMoRan adalah raksasa tambang emas, nikel, dan tembaga milik Amerika yang korporasinya beranak pinak di seluruh dunia seperti di Amerika Utara, Amerika Latin, Benua Afrika, juga Indonesia, yaitu di pegunungan Ertsberg dan Grasberg, Timika, Papua.
Di pegunungan Papua inilah kuantitas dan kualitas emas terbaik berada dan paling berkontribusi besar dibanding negara-negara lain tempat Freeport McMoRan menambang. Sehingga tambang ini menjadi andalan dan masa depan Amerika melalui Freeport McMoRan.
Freeport McMoRan juga memiliki anak-anak perusahaan yang menggurita atas nama Indonesia yang menguasai beberapa tambang lain di Indonesia, bahkan menjadi kontraktor maupun subkontraktor di Freeport sendiri. Perusahaan-perusahaan tersebut berkelindan dengan pengusaha-pengusaha top Orde Baru yang memang sejak awal Freeport masuk sudah 'diarahkan' aktif dan bekerjasama secara intensif.
Sejarah awal ekspansi Freeport di Indonesia, adalah ketika Freeport berbulan madu mengeruk tambang di Kuba pada pemerintahan Presiden Fulgencio Bautista.
Nahasnya pada 1959, rezim diktator Bautista ini jatuh dan digantikan Fidel Castro yang anti asing. Produksi Freeport dihentikan karena Castro menasionalisasi semua perusahaan luar, hingga Freeport merugi dan harus hengkang dari Kuba.
Pasca keluar dari Kuba, Freeport terus mencari wilayah tambang di negara yang berpotensi punya cadangan baru dan besar. Saat itulah mereka menemukan laporan geolog Belanda, Jean Jaques Dozy yang pada tahun 1936 melakukan survey geologi di gletser Jayawijaya Papua.
Di atas sebuah batu hitam yang aneh ia membuat catatan, yang akhirnya menjadi petunjuk penting mengenai kandungan harta karun mineral Etsberg yang menjanjikan.
Perang Dunia II menyebabkan laporan tersebut tenggelam. Setelah 20 tahun kemudian barulah geolog Forbes Wilson dari Freeport McMoRan membaca kembali laporan tersebut. Wilson segera membentuk tim dan melakukan beberapa kali ekpedisi pada 1960.
Tim ini tercengang ketika melaksanakan ekspedisi geologis bahwa kandungan gunung tersebut bukan hanya nikel dan tembaga, tapi juga; gunung emas!
Berdasarkan temuan tersebut Freeport langsung shock dan mulai membuat rencana-rencana bagaimana caranya agar bisa masuk dan menambang di Papua. Sayangnya, Indonesia saat itu dipimpin oleh seorang presiden nasionalis yang juga terkenal sangat anti dengan investasi asing persis seperti Castro, yaitu Soekarno.