Lihat ke Halaman Asli

Abdul Hakim El Hamidy

Penulis, Konsultan Penerbitan, Trainer, dan Motivator

Editing Bukan Sekadar Mengoreksi Tulisan

Diperbarui: 28 Maret 2024   12:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Yang paling berat dalam editing itu bukan mengoreksi tulisan, karena itu bisa diserahkan ke proofreader. Yang paling berat adalah membongkar/mengemas naskah. Dari mulai judul, prakata, hingga sistematika.

Jika kinerja editor sebatas mengoreksi kesalahan tik, anak SMA juga bisa. Namun, menyunting adalah kerja profesional yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang konsentrasi penuh, bukan sampingan sambil memikirkan pekerjaan lain atau memikirkan apa yang mau dimakan besok, hehehe.
Mengedit itu soal memutuskan naskah, apakah harus;
* dikurangi
* ditambah
* dibiarkan
* dibuang

Pada tingkat kerumitan naskah, menjadi editor sudah masuk ke level pengemasan. Secara bayaran pun tentu tidak main-main. Saya pernah dibayar untuk biaya penyuntingan naskah tingkat berat sebagai editor sekaligus packager sebesar 25.500.000,00 (dua puluh lima juta lima ratus ribu rupiah).

Koq semahal itu?
Perlu Anda ketahui, tarif editing ringan (light editing) saja itu sekitar Rp12.000 per halaman ukuran A5. Sedangkan editing berat yang sudah masuk ranah "rewriting" dikenakan tarif Rp60.000 per halaman (Lihat Writerpreneur hal. 118).

Dengan demikian, bayaran saya akan editing berat senilai 25.500.000 adalah hal yang wajar. Maka, kalaulah saya menetapkan cetak buku terbatas hanya 10 eksemplar dengan biaya cetak dan sekaligus penerbitan dengan biaya 1.7-2.5 juta, itu tak lepas dari harga pertemanan saja. Karena banyak naskah yang masuk ke penerbit yang saya kelola, rata-rata naskah yang patut dikemas/dibongkar.

Inilah sejatinya yang harus dipahami oleh para penulis pemula. Kalau vanity publisher atau publishing service menetapkan biaya cukup tinggi, itu tak lepas dari kinerja editor yang maksimal, bukan asal terbit saja. Belum lagi biaya layout dan desain kover. Jadi, biaya awal ini yang mahal, kecuali setelah cetak ulang.

Saya sudah menjadi editor sejak 2009. Saya benar-benar menjadi karyawan di sebuah penerbit nasional. Banyak hal yang saya pelajari sehingga menyadarkan saya bahwa selama ini saya gagal paham soal editor.

Masuk usia 12 tahun saya menjadi editor. Sudah banyak naskah yang saya edit, dari level penulis pemula sampai naskah para Doktor dan Profesor. Namun, bukan berarti saya berhenti membaca. Buku tentang editing pun saya terus pelajari, termasuk diskusi dengan praktisi perbukuan nasional, yang juga sudah menjadi editor lebih dari 20 tahun.

Hati-hatilah mengaku editor. Jangan sekadar menumpang nama tanpa bekerja dan memahami seluk-beluk editing. Karena, setiap nama yang tertulis akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan :)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline