Lihat ke Halaman Asli

Abdul Hakim El Hamidy

Penulis, Konsultan Penerbitan, Trainer, dan Motivator

Bermimpi Menulis Buku

Diperbarui: 28 Juli 2022   11:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat menandatangani buku Tsunami Rezeki (Sumber: Dokumen pribadi)

Selagi Bermimpi Masih Gratis

"Di zaman sekarang tidak ada yang gratis. Buang air (baca: kencing) saja bayar!" Ungkapan ini tidak sepenuhnya benar. Anda ingin membantahnya? Silakan! Namun, sebelum membantah saya ingin mengajak Anda untuk melanjutkan membaca buku ini.

Ingat, di zaman sekarang dan selanjutnya ada sesuatu yang gratis. Saya bilang gratis 100 %. Apa itu? BERMIMPI. Sekali lagi, BERMIMPI. Bermimpi itu GRATIS. Anda tidak perlu membayar pada sebuah toko atau swalayan, karena toko atau swalayan tidak memperjualbelikan mimpi. Nah, kalau memang mimpi itu gratis, kenapa Anda takut untuk bermimpi, termasuk bermimpi menjadi seorang penulis.

Pertanyaan selanjutnya, pentingkah impian bagi seorang calon penulis seperti Anda? Pengusaha sekaligus Dokter Hewan sekelas Drh. Hj. Vivin Aulia  Rahmi, pemilik DRH Tour and Travel (PT. Darul Rahmah wal Hidayah)  saja yang menurut saya sudah sukses masih punya impian.

Ia bermimpi suatu saat ingin membangun sebuah masjid yang megah di kampung halamannya, Payakumbuh, Sumatera Barat, padahal ia sudah dikarunia suami yang baik dan anak-anak yang cerdas, mobil yang mewah, dan rumah yang layak. 

Ingat, seperti apa Anda nantinya tidak ditentukan oleh keadaan Anda saat ini, tetapi lebih ditentukan oleh impian Anda saat ini. (Lagi-lagi, ini bagian dari otak kanan.)

Dengan kata lain, impian itu tidak saja penting, tetapi sangat penting! Ya iyalah. Namun, ironisnya, meski impian itu belum diperjualbelikan -- alias masih gratis, betapa banyak calon penulis yang masih enggan untuk bermimpi. Sadarlah, tanpa impian, Anda hanya akan berjalan di tempat. Dan tahukah Anda bahwa itu berarti Anda telah "berdosa" pada masa depan Anda sendiri.

Begitulah. Sedemikian mendesaknya impian, sehingga menurut saya impian itu tidak bisa didelegasikan. Selain itu, impian juga tidak boleh ditunda-tunda. Oleh karena itu, sedini mungkin, milikilah impian. Idealnya, bukan sembarang impian. Melainkan impian yang besar. Impian yang luar biasa. Impian yang dahsyat dan bahkan superdahsyat.

Oleh karena itu, jangan main-main dengan impian Anda. Perbesarlah! Perhebatlah! Berdasarkan pengalaman saya, setiap impian yang benar-benar serius dan dibatinkan suatu saat akan menjadi kenyataan.

Bermimpi Menulis Buku

Kita lanjutkan soal impian. Sekarang sudah mulai mengerucut kepada inti pembahasan. Karena kita berbicara soal menulis, maka saya sarankan Anda untuk bermimpi menjadi penulis. Katakanlah "Aku bermimpi menulis buku", "Aku ingin menjadi penulis dahsyat." 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline