Lihat ke Halaman Asli

Abdul Hakim El Hamidy

Penulis, Konsultan Penerbitan, Trainer, dan Motivator

Menulislah, Sebelum Namamu Ditulis di Batu Nisan!

Diperbarui: 24 Juli 2022   08:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Judul tulisan di atas kedengarannya serem sekali ya? Waaah, ngancam banget ya...Hehehe.

Judul tulisan di atas adalah QUOTE Populer atau persisnya kata-kata saya yang awalnya untuk memotivasi saya agar senantiasa menulis. Namun, lama kelamaan, quote itu menjadi "ciri khas" saya setiap kali menutup Training Kepenulisan "Dahsyat Writing". Menurut pengakuan salah seorang peserta, kata-kata penutup saya itu membuatnya merinding, dan tergugah untuk segera action menulis.

Kembali kepada judul sekaligus quote saya di atas. "Menulislah sebelum namamu ditulis di batu nisan!" Kata-kata ini adalah penggugah saya. "Namamu" dalam kata-kata tersebut adalah  merujuk kepada "Abdul Hakim El Hamidy" sendiri. Hei Hakim, menulislah terus, sebelum namamu ditulis di batu nisan (mati)." Namun, jika Anda "tertunjuk" dengan kalimat tersebut, saya bersyukur semoga menjadi sebuah penyadaran bahwa tidak ada waktu lagi untuk berleha-leha dalam menulis.

Kapan lagi menulis kalau nggak sekarang? Selagi tangan masih bisa digerakkan, selagi otak masih berpikir, dan selagi hayat masih dikandung badan, maka kapaaan lagiiii? Hoooi banguuun....!!! Bangun dari kemalasan untuk segera menulis. Enyahkan beragam alasan: saya sibuk, saya nggak ada waktu, saya nggak berbakat nulis. Menulislah sekarang juga. Jangan cari alasan, tapi segera action. 

Menulis itu kemauan, bukan bakat. Anda boleh membantah  pernyataan ini. Tapi saya sudah mempraktikkannya. Saya dulu "seorang orator" yang bisa berjam-jam di atas mimbar kalau pidato, bisa non stop kalau ngomong. Saya "tidak berbakat menulis", tapi karena saya latihan terus dan saya mendobrak paradigma tersebut, alhamdulillah saya akhirnya bisa menulis untuk pertama kalinya pada tahun 2008. Sebuah buku bertajuk Getaran Muhasabah, buku kecil setebal 112 halaman. Diterbitkan di Nuqtah Jakarta. Sebuah renungan saat saya memimpin Majelis Muhasabah di Batusangkar, Sumatera Barat.

Apa yang bisa Anda pahami dari pengalaman saya tersebut? Saya TIDAK BERBAKAT MENULIS, tapi SAYA MAU (TEKUN) BERLATIH MENULIS. Akhirnya saya bisa menulis.

Setelah terbit satu buku, saya pun terus menulis buku yang lainnya. Hingga saat ini sudah lebih dari 100 buku yang saya tulis. 30 + di antaranya sudah terbit, baik secara selfppublishing maupun diterbitkan di Penerbit Nasional (Republika, Kaysa Media (Puspa Swara Group).

Memang, sebelum saya "GILA MENULIS" seperti sekarang, saya pernah mengalami kemandegan, makanya "kapsul motivasi" berupa kalimat menulislah, sebelum namamu ditulis di batu nisan! terus saya "makan" tiap hari. Saya telan dalam jiwa saya. Saya simpan  di otak saya. Saya tekadkan terus dalam hati.

Coba Anda ucapkan sekarang...tunjuk ke dada/diri Anda sendiri. Jika nama Anda "Ahmad" katakan, "Hei Ahmad, menulislah sebelum namamu ditulis di batu nisan!" Apa kira-kira yang Anda rasakan....?

Kasih tahu saya. Berikan testimoni di sini ya. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline