Lihat ke Halaman Asli

Atas Nama Pemurnian Agama

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kemunculan gerakan perlawanan di kawasan Timur Tengah dan Afrika mulai dari Alqaeda dan anak turunannya seperti  Taliban, Boko Haram, serta yang paling fenomenal sekarang ini ISIS, benar-benar telah menampilkan wajah hitam dan menakutkan terhadap Islam di tengah pergaulan umat manusia di zaman modern ini. Betapa tidak sebuah ajaran yang sangat luhur dan suci telah dibajak oleh sekelompok orang yang haus darah dengan menampilkan label-label agung seperti jihad, syariat, syahid, kalimat tauhid, nama Tuhan dan Rasul, untuk melampiaskan dorongan hawa nafsu duniawi akan kekuasaan, kekayaan, dan perempuan.

Semua kebrutalan, kebiadaban, dan tindakan tak berprikemanusiaan telah mereka pertontonkan di hadapan dunia dengan penuh rasa bangga dan keangkuhan. Pemboman terhadap tempat suci seperti masjid, pembongkaran dan penghancuran makam para nabi dan pahlawan Islam, pembunuhan terhadap ulama dan masyarakat yang tak sefaham, penyekapan dan perbudakan atas kaum perempuan, dan pemberontakan terhadap pemerintah yang sah. Itu semua dengan tanpa keraguan mereka lakukan atas nama Islam.

Dari mana datangnya semua ajaran sesat itu?

Kalau kita mau melihat jauh ke belakang, cikal bakalnya telah muncul di masa hidupnya Rasulullah Saw. Pada mulanya adalah seorang yang bernama Dzul Khuwaishirah yang berasal dari keturunan Bani Tamim. Dia dengan lantang berkata kepada Rasulullah Saw, "Berlaku adillah, hai Muhammad!", katanya. Nabi Saw ketika itu tengah membagikan harta rampasan perang pada perang Thaif dan Hunain. Kemudian Nabi Saw pun menjawab, "Celakalah kamu, siapa yang akan berbuat adil jika aku saja tidak berbuat adil?"

Kemudian diriwayatkan berkenaan dengan orang itu Nabi Saw bersabda, "Akan lahir dari keturunan orang ini kaum yang membaca Alquran, tetapi tidak sampai melewati batas tenggorokannya. Mereka keluar dari Islam seperti anak panah tembus keluar dari binatang buruannya. Mereka memerangi orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala. Kalau aku menemui mereka akan kupenggal lehernya seperti halnya kaum 'Ad.” (HR Muslim)

Apa yang dinubuatkan oleh Nabi Muhammad Saw itu kemudian menjadi kenyataan ketika kaum tersebut memberontak terhadap kekhalifahan Ali bin Abi Thalib setelah terjadinya peritiwa tahkim (arbitrase) antara pihak Ali dan Muawiyah, yang kemudian berujung pada pembunuhan Imam Ali as ketika hendak shalat Subuh di Masjid Kufah. Mereka itu di dalam sejarah Islam dikenal sebagai kelompok Khawarij yang terkenal dengan slogan mereka la hukma illa li Allah (tiada hukum kecuali hukum Allah). Menurut kelompok Khawarij itu Ali bin Abi Thalib telah melakukan dosa besar dan keluar dari Islam karena mau menerima proses perundingan (tahkim) dengan pihak Muawiyah.

Pada awal abad ke-18 di jazirah Arab, tepatnya di desa Uyainah (Najd) lahir seorang yang bernama Muhammad bin Abdul Wahhab, yang menurut silsilahnya berasal dari marga Tamim. Pada mulanya ia belajar agama dari ayahnya Syeikh Abdul Wahhab. Namun, setelah beranjak dewasa dan melakukan perjalanan ke pelbagai tempat, ia menemukan praktek-praktek keagamaan yang menurut pandangannya bertentangan dengan akidah Islam dan tuntunan Rasulullah Saw. Maka, ia mulai berdakwah yang menyerukan kepada kaum Muslim untuk memurnikan akidah tauhid dan ibadah dari perbuatan syirik dan bid’ah, dan ajarannya kemudian disebut oleh kalangan umum sebagai faham Wahabi.  Dalam hal ini, ia banyak mengacu kepada ajaran dari Ibnu Taimiyyah, yang ia kembangkan dalam bentuk yang lebih kaku dan keras.

Gerakan Muhammad bin Abdul Wahhab itu, seperti ditulis oleh Masun Said Alwy dalam majalah Cahaya Nabawiy, kemudian mendapat dukungan dari penguasa Dar’iyah Muhammad bin Saud, pendiri dinasti Saudi, yang di kemudian hari menjadi mertuanya. Dia mendukung secara penuh dan memanfaatkannya untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Dan Ibnu Saud sendiri sangat patuh pada perintah Muhammad bin Abdul Wahhab. Jika dia menyuruh untuk membunuh atau merampas harta seseorang dia segera melaksanakannya dengan keyakinan bahwa kaum muslimin telah kafir dan syirik selama 600 tahun lebih, dan membunuh orang musyrik dijamin surga.

Maka sejak itulah mereka mulai memperluas pengaruhnya dengan menguasai hampir seluruh kawasan Hijaz mulai dari Madinah sampai Mekkah. Keduanya bekerja sama untuk memberantas tradisi yang dianggapnya keliru dalam masyarakat Arab, seperti tawassul, ziarah kubur, peringatan Maulid dan sebagainya. Tak mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab lantas menyerang makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerang Karbala di Irak, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad Saw, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam tersebut dianggap tempat munkar yang berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun kemudian, mereka menyerang Madinah, menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan, menjarah hiasan-hiasan yang ada di makam Nabi Saw. Karena itu, tak heran seperti diberitakan belum lama ini, bahwa pemerintah Arab Saudi telah merencanakan untuk membongkar dan memindahkan kuburan Nabi Muhammad Saw ke pemakaman Baqi’, yang berada di luar Masjid Nabawi.

Setelah keberhasilan menaklukkan Madinah, kemudian mereka masuk ke Mekkah pada 1806, dan merusak kiswah, kain penutup Ka’bah yang terbuat dari sutra. Kemudian merobohkan puluhan kubah di Ma’la, termasuk kubah tempat kelahiran Nabi SAW, tempat kelahiran Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatuna Khadijah, masjid Abdullah bin Abbas. Mereka terus menghancurkan masjid-masjid dan tempat-tempat kaum solihin sambil bersorak-sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan kendang. Mereka juga mencaci-maki ahli kubur bahkan sebagian mereka kencing di kubur kaum solihin tersebut. Gerakan kaum Wahabi ini membuat marah Sultan Mahmud II, penguasa Kerajaan Usmani, di Istanbul, Turki. Dikirimlah prajuritnya yang bermarkas di Mesir, di bawah pimpinan Muhammad Ali, untuk melumpuhkannya. Pada 1813, Madinah dan Mekkah bisa direbut kembali. Dan Gerakan Wahabi menjadi lemah. Tapi, pada awal abad ke-20, Abdul Aziz bin Sa’ud bangkit kembali mengusung faham Wahabi. Tahun 1924, ia berhasil menduduki Mekkah, lalu ke Madinah dan Jeddah, memanfaatkan kelemahan Turki akibat kekalahannya dalam Perang Dunia I. Sejak itu, faham Wahabi mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi sampai saat ini.

Melalui pengaruh ajaran dan faham Wahabi inilah kemudian di awal abad ke-20 di Indonesia muncul gerakan pembaharuan dan pemurnian Islam seperti Muhammadiyah yang dipelopori oleh KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta,  Al-Irsyad yang didirikan oleh Syekh Ahmad Surkati di Jakarta, dan kemudian Persis di Bandung yang didirikan oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus. Dan dalam dua dekade terakhir, di tanah air kita ini, muncul pula gerakan keagamaan dari mereka yang menamakan diri sebagai penganut Salafi, yang inti ajarannya seratus persen mengadopsi faham Wahabi yang berkembang di Arab Saudi itu.

Berangkat dari faham dan ajaran yang serba membid’ahkan, mensyirikkan, dan menyesatkan ala Wahabi itulah kemudian muncul gerakan-gerakan radikal dan ekstrem, yang telah disebutkan di atas, yang memiliki agenda politik untuk menguasai negara-negara Islam di kawasan Timur Tengah dan Afrika. Gerakan seperti itu kemudian mendapat dukungan dan pengikut dari kelompok yang menghendaki berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) dengan tokoh terkemukanya saat ini Abu Bakar Ba’asyir. Untuk tujuan itulah kemudian mereka melancarkan propaganda yang menolak sistem demokrasi,  menentang Pancasila dan UUD 1945, yang menurut mereka merupakan bentuk bid’ah, syirik, dan penyembahan pada thagut, yang kemudian akan diganti dengan negara yang berdasarkan syari’at Islam ala Wahabi itu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline