Lihat ke Halaman Asli

diantara kita

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Keisya membiarkan tasnya tergeletak begitu saja di lantai lalu menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur. Penat sekali rasanya hari ini. Beberapa kejadian membuatnya lelah walaupun bukan secara fisik. Ia memejamkan matanya berharap dapat menghilangkan perasaan di hatinya. Tapi semakin dia ingin melupakannya semakin sering hal itu muncul di pikirannya. Seperti rol film yang diputar, kejadian tadi siang terulang kembali dihadapannya.

" Kei sorry ya. Kemarin Dayu 'nembak' gw, trus gw terima." Kata-kata itu terlontar dari mulut Rika. Sahabatnya yang dia kenal  sejak awal masuk sekolah.

Keisya terdiam dalam pikirnya. Masih tak tahu harus bagaimana cara menjawabnya. Mungkin karena Rika mengira kalau Keisya mempunyai perasaan pada Dayu makanya dia bicara seperti itu. Awalnya pun Rika yang mencoba menjodoh-jodohkan Keisya dengan Dayu. Tapi karena Keisya yang terus menutupi perasaannya, Rika jadi enggan untuk meneruskannya. Dan sekarang dia menerima berita kalau si 'mak comblang'nya jadian sama orang yang tadinya mau dijodoh-jodohin dengannya. Langsung dari mak comblangnya pula.

" Wah...Selamat ya." Akhirnya kata-kata itu yang keluar dari mulutnya. Keira masih mencoba mencerna kemana jalur pembicaraan ini yang ternyata tidak butuh waktu lama untuk mengetahuinya.

" Lu ga marah kan Kei sama gw? gw ga maksud kaya gini ke lu."

Keisya kembali terdiam. Kalau dia bilang ga marah apa itu artinya bohong pada dirinya sendiri? Tapi kalau dia bilang marah, memang apa haknya dia untuk marah? Kalau dia bilang marah apa yang akan dilakukan sahabatnya itu? Kalau dia bilang marah apa Rika akan melepas Dayu karenanya?

" ... Ga kok. Kenapa gw mesti marah, itu kan hak lu." Jawab Keisya mencoba diplomatis dan - lagi-lagi - mencoba menutupi kebohongannya. Dan sepertinya hal itu terlalu jelas untuk dilihat Rika.

" Lu ga bohong kan? Kalo gara-gara ini lu jadi marah sama gw. Mendingan gw ga usah jadian sama Dayu."

" Udahlah ga usah dibahas lagi. Lu kan udah jadian sama Dayu, mau diapain lagi."

Keisya menutup kejadian itu dengan desahan panjang. Penuh sesal sebenarnya saat  dia mengatakan itu. Dia mulai bosan dengan dirinya yang tidak bisa berterus terang walaupun dengan perasaannya sendiri. Tapi mau bagaimana lagi. Dia memang seperti ini. Lebih suka menyimpan segalanya seorang diri dan kadang berakhir dengan penyesalan. Lagipula Dayu memang suka dengan Rika, kalau dia tidak suka, tidak mungkin dia 'nembak' Rika. Kalau pun Rika tidak jadi pacaran dengan Dayu memang akan berdampak apa pada Keisya? Apa mungkin Dayu akan berpaling padanya? Tunggu dulu memangnya Keisya siapa bisa seenaknya seperti itu. Punya ilmu seperti apa dia yang bisa merubah perasaan seseorang dengan mudahnya. Memangnya Keisya dukun sampai punya ilmu-ilmu seperti itu. Kalo dia memang dukun kenapa tidak sejak awal saja dia memakai ilmu 'pelet' biar Dayu jadi pacarnya. Lho kok jadi ngaco gini.

" Jahat banget ya, padahal dia tau kalo kamu suka sama Dayu." Eh suara siapa nih?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline