Lihat ke Halaman Asli

Menghubungkan Hati dengan Kepala

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1291827806633572566

Begitu banyak orang yang bekerja dengan otak dan mengabaikan hatinya. Hasilnya sering kali kesuksesan tanpa kesenangan, tujuan-tujuan yang dicapai tanpa makna prestasi yang sebenarnya.

Orang yang hampir sepenuhnya bersandar pada otak kiri-sisi otak logis, analitis, non-emosional adalah orang yang berpusat pada "kepala". Mereka bergantung pada pemikiran ketimbang perasaan, dan berupaya menghadapi situasi ini dengan menjadi benar-benar rasional. Tentu saja kemampuan untuk berperilaku logis dan analitis adalah penting,dan mereka yang mempunyainya sering kali sangat sukses. Ini hanya ketika kemampuan-kemampuan otak kiri disandarkan sepenuhnya pada masalah-masalah yang muncul.

Ada beberapa konsekuensi dari pendekatan yang sepenuhnya otak kiri. Orang lebih mengandalkan kepala, tidak membiarkan emosi, intuisi, dan empati menyeimbangkan dan memperkaya kemampuan-kemampuan logis mereka. Hasilnya, mereka terlepas dari reaksi reaksi dan perasaan-perasaan manusiawi.

Keterlepasan ini berarti bahwa orang-orang ini tidak banyak mengetahui apa yang sedang terjadi di sekitar mereka, atau jika mengetahuinya, mereka tidak tahu bagaimana menghadapinya. "Head" people cenderung mengedepankan pekerjaan ketimbang aspek-aspek kehidupan lainnya. Mereka kesulitan melihat wilayah-wilayah abu-abu dalam pekerjaan, dan kehidupannya semuanya hanya bisa hitam dan putih.

Tentu saja, seseorang yang bekerja murni dari hatinya, yang sepenuhnya bersandar pada pendekatan otak kanan terhadap emosi, pesona, simpati, dan empati akan menghadapi kesulitan juga.

KESEIMBANGAN YANG IDEAL

Menghubungkan hati ke kepala mengantarkan pekerjaan dengan penuh kebijaksanaan dan kemurahan hati, membagi kesuksesaan, dan menciptakan lingkungan kerja yang dalam suasana itu orang-orang merasa nyaman dan dapat bekerja dengan baik. Ketika hati dan kepala seimbang, Anda bisa menghemat waktu dan energi, meningkatkan perilaku kerja, dan membuat keputusan-keputusan yang efektif.

Latihan I : Menghubungkan Otak kanan dan Otak kiri

Duduklah dengan tenang dan tutuplah mata Anda. Bayangkan sekuntum mawar merah disebelah kanan otak Anda dan mawar putih dikiri otak Anda. Kemudian, bayangkan kedua mawar ini dipindahkan, sehingga mawar yang berwarna merah berada di otak di otak kiri dan mawar putih disebelah kanan.

Latihan ini dirasa sangat efektif. Hasilnya akan meningkatkan energy, kreatifitas, dan ketenangan. Ulangi setiap hari selama beberapa minggu. Setelah itu, Anda bisa menggunakannya sekali-kali setiap beberapa hari, atau kapanpun Anda merasa hubungan tersebut perlu penguatan, misalnya sisaat sangat stress.

Latihan 2: Memperluas Hubungan

Latihan ini merupakan langkah berikutnya dari hubungan antara kepala dan hati.

Gambarlah dua lungkaran, satu diberi label ‘kepala’ dan yang lainnya ‘hati’. Masing-masing dari lingkaran ini mempresentasikan satu aspek tentang Anda. Seseorang mungkin merasa lebih maju dan familiar ketimbang yang lainnya, tetapi Anda mempunyai dua kapasitas itu dalam diri Anda. Nah, sekarang gambarlah sebuah diagram yang di dalamnya lingkaran-lingkaran itu agak tumpang tindih. Wilayah tumpang tindih ini adalah tempat terjadinya hubungan hati dan kepala. Ini dalah pusat hubunga Anda yang sebebnarnya dan tempat yang menjadi sumber bagi Anda untuk memilih bekerja.

Coba pikirkan 3 putusan yang baru-baru ini telah Anda buat. Putusan-putusan itu mungkin berhubungan dengan pekerjaan atau kehidupan, besar atau kecil. Bagian mana dari Anda, kepala atau hati, yang memimpin dalam putusan-putusan itu? Bagaimana putusan-putusan itu mungkin berubah jika Anda menggunakan pusat hubungan yang merupakan kombinasi dari kepala dan hati untuk membuat suatu putusan?

Selamat mencoba… dan semoga bermanfaat.

Referensi: Buku Membaca Masa Depan Anda Melalui Kekuatan Emosi Dan Pikiran

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline