Akhirnya, setelah sembilan tahun sejak artikel terakhir diposting dan selama itu pula ternyata saya telah meninggalkan salah satu aktivitas favorit sejak SMP, menulis. Katanya favorit kok ditinggalin? Yah namanya hidup, kadang ketemu yang lain yang lebih menarik, terus yang lama ditinggalin.
Sampai di sebuah malam saat sudah siap tidur, saya mendapat pesan singkat dari seorang kawan, seorang guru yang tiba-tiba mengingatkan kembali cara melatih kepekaan supaya bisa menyampaikan pesan yang rumit menjadi sederhana dengan menulis. Saat itu saya memutuskan untuk coba 'menghidupkan' kembali halaman Kompasiana, sekalian latihan menulis lagi dengan mengangkat isu terkini dan apapun itu yang menarik perhatian saya. Selamat membaca.
Pasca debat kedua Capres beberapa waktu lalu, obrolan soal revolusi industri keempat atau industri 4.0 masih terus dibahas, terutama di sosial media. Saya pun masih bertanya-tanya apa sih industri 4.0? kayak apa bentuknya? terus kita apa yang harus kita lakukan?
Kabarnya, bukan cuma generasi millenial (generasi Y) yang akan terdampak adanya industri 4.0, tapi juga generasi centennial (generasi Z). Kebetulan kantor tempat saya bekerja, memang sedang gencar menyosialisasikan Making Indonesia 4.0 sebuah program jangka panjang untuk mempersiapkan Indonesia memasuki era revolusi industri 4.0.
Setelah membaca berbagai artikel dan literatur yang mudah dipahami, saya coba menyederhanakan apa itu industri 4.0 dan kesimpulannya kurang lebih seperti ini : Industri 4.0 adalah sistem industri yang tujuannya meningkatkan efisiensi sebanyak mungkin dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dan teknologi otomasi. hmm... masih terlalu rumit ya, gimana kalau begini : Industri 4.0 merupakan upaya mengintegrasikan dunia online dengan lini produksi industri.
Flashback sedikit ya. Rabu, 4 April 2018, menjadi sejarah penting untuk Indonesia dalam menyatakan kesiapan memasuki era revolusi industri keempat. Saat itu dilakukan peluncuran peta jalan Making Indonesia 4.0 oleh Presiden Joko Widodo dalam acara Indonesia Industrial Summit 2018. Di acara tersebut, Presiden mengajak semua pihak optimistis menyambut revolusi industri keempat ini dan mengambil peluang lewat peta jalan yang sudah disiapkan.
Dengan adanya peta jalan tersebut, Indonesia sudah punya langkah strategis dan arah yang jelas dalam membangun perekonomian nasional yang inklusif dan kompetitif di tingkat global. Nah, seperti yang saya sampaikan di atas kalau yang akan paling banyak terdampak dari Industri 4.0 adalah generasi muda, berikut sedikit ulasan tentang hal-hal yang harus disiapkan generasi muda supaya bisa bersaing di era industri 4.0
Optimis, Kreatif dan Inovatif
Indonesia lagi menikmati masa bonus demografi hingga tahun 2030. Artinya, sebanyak 130 juta jiwa rakyat Indonesia yang berusia produktif, diharapkan bisa mengambil kesempatan baru untuk mengembangkan bisnis di era digital. Jadi sebagai generasi muda yang masuk dalam usia produktif, kita perlu optimitis untuk lebih kreatif dan inovatif menghadapi Industri 4.0.
Persiapkan Basis Pendidikan
Selain itu, pelajari basis pendidikan yang dibutuhkan di era ekonomi digital, seperti koding, statistika dan tentunya Bahasa Inggris. Pemerintah kembali mendorong bidang Science, Technology, Engineering, Arts, dan Mathematics (STEAM) agar menjadi mainstream kembali di basis pendidikan kita.