Lihat ke Halaman Asli

Eid Mubarak 1431 H

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhamdulillah tahun ini saya sekeluarga masih bisa merayakan Idul Fitri dalam keadaan lengkap, sehat walafiat tanpa kurang satu apapun. Kalau biasanya H-2 kami sudah sampai dikampung halaman, di Kebumen sana untuk berlebaran dirumah si Mbah, tahun ini kami berlebaran di Jakarta dulu, (eh di Banten sih lebih tepatnya karena letak rumah saya ada di pondok cabe yang udah masuk provinsi Banten, biarpun sebenernya lebih deket ke Jakarta) Setelah hampir 10 tahun terakhir nggak pernah berlebaran di rumah sendiri, menyenangkan sekali rasanya Solat Ied di Masjid komplek, ketemu tetangga-tetangga yang belum atau emanng nggak mudik dan keluarnya kalo pas solat Ied doang, temen-temen kecil yang sekarang udah gede-gede. Aah..Sepertinya saya bener-bener sudah lupa dengan euphoria berlebaran disini, makanya excited banget.

Seperti biasa keluarga kecil kami pun melaksanakan ritual maaf-maafan dari yang paling tua, Bapak, Ibu, Mas Sasa dan terakhir saya, ah sangat mengharukan sekali, belum salaman aja si bapak sudah meneteskan air mata dan karena dasarnya saya emang cengeng jadi ikut-ikutan deh hihihi...lalu lanjut makan-makan. Agak aneh memang, kalau umumnya momen lebaran orang-orang pada masak opor ayam, rendang, sambel goreng ati dan sayur pepaya untuk disandingkan degan ketupat. Ibu saya malah masak empal gentong lengkap dengan acar, sambal, kerupuk dll. Ketupatnya sih ngga ketinggalan. Yaa karena memang ibu ga pernah serepot ini masak-masak buat lebaran, biasanya kalo di Kebumen kan yang masak Bulik.

Rencananya memang saya dan keluarga baru akan mudik besok dihari kedua lebaran karena bapak harus memenuhi jadwal cuci darah dulu paginya di rumah sakit. Memang kalau dirunut, lebaran tahun ini bener-bener berbeda banget. Sedih juga seneng juga, sedih karena ternyata tipis sekali ya perbedaan antara hidup dan mati, sehat dan sakit. Lebaran tahun lalu, saya masih menerima angpau dari Alm. Om Harno, adik bapak yang meninggal sebulan setelah lebaran dan bertepatan dengan hari pertama Bapak saya mulai cuci darah. He was my lovely uncle. Dia obsesed banget saya bisa kuliah di UI dulu, dan janji akan ngasih hadiah kalo keterima, dan benar saja waktu dia dapet kabar saya diteriima di UI, besoknya dia langsung nyuruh supirnya buat nganterin hadiah itu kerumah. Tahun lalu juga bapak saya ngga bisa ikut berlebaran, keliling kerumah saudara-saudara dan mbah-mbah di Kebumen karena sakit yang membuatnya harus cuci darah sampai sekarang ini, alhasil Bapak cuma jaga rumah mbah aja disana.

Kalo ngomongin mudik, dikeluarga saya itu sudah jadi tradisi karena memang Bapak-Ibu saya asli orang Kebumen, masih ada mbah dan saudara-saudara disana jadi wajib bagi kami selama ada rejeki untuk mudik pas lebaran. Segala macem pengalaman mudik udah pernah saya dan keluarga alamin keculai mudik naik motor karena emang ngga pernah minat. Dulu waktu saya masih kecil mudiknya naik kereta, keretanya juga belum sepenuh dan seramai sekarang, lalu kita sempet nggak mudik lamaaaaa banget. Waktu itu kondisi keuangan orang tua saya ngga memnungkinkan buat kami mudik. Setelah membaik kami mudik pakai mobil pinjeman kantor bapak, dan yang paling hebring kami pernah mudik pake mobil pickup yang baknya dipasang terpal, and this is the most memorable ‘mudik’ ever. Nggak hanya 1,2 kali kami ngalamin mudik pake mobil bak, 4 kali mungkin ada. Waktu itu keluarga kami belum punya mobil, kebetulan kakaknya Bapak, Pakde saya adalah juragan tenda di Jakarta, dia punya banyak mobil pickup buat ngangkutin tendanya itu jadilah salah satu mobil baknya dipinjamkan ke kami, diterpalin rapih, dikasih kasur tipis buat alas dan dipakai untuk mudik keluarga saya. Rasanya?? Hmm jangan ditanya, banyangkan aja macet panas dijadiin satu! Itu kalau siang, kalau pas jalan malam? Mata silau kena cahaya lampu kendaraan yang ada dibelakang mobil kami. Kalau hujan? Yaa tampyas-tapyas dikit kena lhaa.

Sampai akhirnya entah dimudik yang keberapa kali menggunakan pickup tersebut, saat perjalanan pulang ke Jakarta tiba-tiba saya dan kakak saya Jackpot!! Alias muntah-muntah dijalan. Padahal selama 4 kali ngalamin mudik pake pickup itu saya dan kakak saya ngga pernah mabok darat sampai muntah-mintah gitu dan kocaknya mobil dibelakang kami yang tadinya nempel deket langsung menegurangi kecepatannya dan memilih jauh-jauh dibelakang mobil kami, mungkin gara-gara jijik liat saya dan mas sasa muntah-muntah kali hahaha... Sejak saat itu, ibu saya bertekad, tahun depan keluarga kami harus punya mobil sendiri yang layak biar bisa dipakai mudik biar anaknya nggak muntah-muntah lagi dijalan. Doa ibu saya pun terkabul, walaupun hanya sebuah mobil kijang tua, namun kehadiran Joni (panggilan sayang untuk mobil kami) sangat membantu perjalanan mudik keluarga kami di tahun-tahun berikutnya. Tahun ini pun InsyaAllah kejantanan Joni akni di uji untuk kembali menaklukan jalur nagreg yang terkenal sulit dilalui itu, entah kali ini sudah keberapa kali ditaklukan olehnya.

Ah campur aduk sekali perasaan saya jika mengingat kembali perjuangan keluarga kami untuk berlebaran di kampung halaman. Jadi ingat perkataan ibu saya beberapa waktu lalu saat saya mulai merasa acara mudik bermudik ini adalah sesuatu hal yang ‘rempong’ dan buang-buang tenaga. “ibu dari kampung de, orang tua masih lengkap. Mumpung masih sehat ada rejeki ya silaturahmi ke keluarga”. Yaa dikeluarga kami lebaran, mudik dan silaturahmi adalah momen yang paling berharga yang tidak bisa terbayar oleh gunung berlian sekalipun. *berlebihan*. Semoga kami masih diberikan umur panjang, kesehatan dan rejeki untuk bertemu di Idul Fitri tahun-tahun mendatang dalam keadaan lengkap, sehat tanpa kurang satu apapun. Selamat hari raya Idul Fitri 1431 H, Mohon Maaf Lahir dan Batin selamat mudik bagi yang mudik selalu berhati-hatilah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline