Lihat ke Halaman Asli

Alkudri Temasmiko

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Melawan Pengangguran bersama Kabinet Indonesia Maju

Diperbarui: 25 Oktober 2019   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data angka pengangguran di Indonesia per Agustus 2018, mencapai 7 juta orang atau sekitar 5,34%. Angka ini menurun dibandingkan data per Agustus 2017 sebesar 7,04 juta orang atau sekitar 5,50%. Berikut pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan:

PendidikanPengangguran (%)Universitas5,89Diploma6,02SMA7,95SMK11,24SMP4,8SD2,43

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20181106102425-16-40755/7-juta-orang-masih-nganggur-terbanyak-lulusan-smk-dan-sma.

Berdasarkan data diatas, angka pengangguran untuk lulusan Universitas dan Diploma masih cukup tinggi dibandingkan lulusan SMP dan SD. 

Sementara tujuan orang tua menyekolahkan anaknya sampai ketingkat universitas atau Diploma diantaranya adalah setelah menjadi  Sarjana atau Diploma bisa terbebas dari pengangguran. Namun kenyataannya dari data diatas menggambarkan justru lulusan Universitas dan Diploma masih banyak yang menjadi pengangguran.

Berdasarkan hal diatas, tentu ini menjadi pertanyaan besar? Apa yang membuat angka pengangguran lulusan universitas/Diploma lebih besar dibandingkan dengan lulusan SMP/SD? Bukankah seharusnya sebaliknya. Berkaitan penomena tersebut, mungkin ada pernah mendengar kata-kata "Buat apa kuliah tinggi-tinggi, ujung-ujungnya pengangguran juga, lihat si itu dan lain-lain" mendingan biaya kuliahnya dijadikan modal bisnis dan lain-lain. Walaupun kata-kata tersebut terdengar basa-basi, tapi ini tentunya membuat sedikit menggelitik dan menjadi beban psikologis bagi orang-orang yang menyandang gelar sarjana atau Diploma.

Belum lagi dibeberapa daerah tertentu, menjadi ASN (PNS) sepertinya sudah menjadi tujuan utama bagi lulusan Universitas/Diploma. Sementara masih banyak peluang-peluang lain yang dapat dikembangkan selain menjadi ASN (PNS). Mungkin inilah yang dilakukan kalangan lulusan SMP dan SD yang memiliki mental bersaing dan berinovasi melepaskan diri dari jeratan pengangguran.

Seiring dengan pelantikan kabinet baru pada periode tahun ini, sedikit berharap kepada beberapa menteri yang berkaitan dengan pengembangan SDM, mudah-mudahan mampu merubah pola pendidikan dan melahirkan lulusan Universitas dan Diploma dengan gaya pemikiran baru yang memiliki pengetahuan yang kuat (Knowlodge is Power) serta mampu memaksimalkan potensi yang ada  untuk hidup menjadi  lebih sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline