Lihat ke Halaman Asli

Diserang, Saefullah Tak Mutungan

Diperbarui: 1 September 2016   08:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: http://porosjakarta.com

Isu mengenai bakal naiknya Dr. H. Saefullah, M.Pd., dalam jajaran calon gubernur/wakil gubernur DKI Jakarta agaknya membuat beberapa pihak memanas. Yang paling kentara diperlihatkan justru oleh sang petahana gubernur, Basuki. Saefullah tentu merupakan bawahannya karena jabatannya adalah sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta. Sebagai atasan, amat sangat wajar jika Basuki merasa gerah dan tersaingi.

Meski secara eksplisit sang petahana menyatakan dukungan terhadap majunya Saefullah, bisa ditangkap aura berbeda yang diungkapkan Basuki. Pasalnya, di beberapa media viral ungkapan-ungkapan Basuki yang malah memojokkan dan ‘sok’ membongkar kebobrokan Saefullah dalam jabatannya.

Saefullah dituduh oleh petahana memasukkan orang pilihannya sebagai persiapan jelang pemilihan gubernur. Orang-orang pilihan yang dimaksud yakni camat atau lurah. Tak cukup sampai di situ, tudingan Ahok semakin tajam menusuk sang Sekda dengan mengungkit soal keterlibatan Saefullah pada soal reklamasi.

Dalam hal ini Ahok memposisikan dirinya seolah pihak yang paling benar dan tidak memiliki kecacatan sama sekali (sempurna). Bahkan dia menunjukkan sikap sok tegasnya kepada publik, seperti biasa, dengan menyebut satu per satu tuduhannya pada Saefullah. Sebagai atasan, sikapnya pun sangat jumawa dengan seolah baik hati, membiarkan dan tidak ambil langkah memecat Saefullah. Ahok pun mengancam jabatan Saefullah sebagai PNS yang dengan mudah akan dicopot jika melakukan intrik politik.

Di lain sisi, Saefullah sebagai pihak yang diserang malah bersikap lebih bijak (slow). Atas tuduhan-tuduhan yang dilontarkan atasannya, Saefullah mampu memberikan tanggapan yang semestinya. Saefullah menyatakan dengan tegas bahwa semua mutasi pejabat di tingkat apapun di DKI dibahas secara terbuka dan atas izin gubernur. Baginya, tidak mungkin sembarang memasukkan orang karena semuanya dilaporkan, diketahui dan disetujui juga oleh pihak atasan (gubernur). Dia bahkan berani menyatakan pada publik untuk mengecek langsung ke camat dan lurah di DKI, adakah yang merasa digerakkan untuk memilihnya atau tidak. Terkait tuduhan Ahok atasnya dalam hal reklamasi, Saefullah menyangkal bahwa dirinya pernah bertemu dengan pengembang.

Di samping itu, Saefullah, sang putra asli Betawi, dengan santai menyatakan bahwa dirinya siap dicopot atau diturunkan hanya menjadi staf apabila diketahui pihaknya tidak berkontribusi bagi DKI. Pun, dalam pencalonannya sebagai calon wakil gubernur, Saefullah langsung siap menyatakan mundur dari PNS (Sumber disini). Sikap ini mencerminkan keteladanan yang langka dari seorang pemimpin. Berbeda dengan Ahok yang malah menunjukkan ketar-ketir dan ketakutannya atas pencalonan bawahannya di pilkada nanti. Ahok menunjukkan sikap resisten yang berlebihan dan itu malah membuatnya menjadi kehilangan simpati masyarakat.

Bagi seorang pemimpin tertinggi DKI, sangat tidak bijak bila menuduh tanpa bukti. Sebaliknya, Saefullah yang dituduh ini dan itu, diserang dari sini dan situ oleh atasannya malah menunjukkan sikap tenang tanpa berlebihan menanggapi. Ini bisa menjadi tolak ukur bagi kita untuk bisa menimbang dan memilih, siapakah yang selanjutnya cocok sebagai pemimpin DKI Jakarta kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline