Lihat ke Halaman Asli

Hajarul Aswad

Mahasiswa

Cengkeh Dan Gula Aren Menjadi Dua di Antara Pendapatan Masyarakat di Kelurahan Kambo, Palopo

Diperbarui: 13 Juni 2022   07:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 2. Dokumentasi Wawancara/dokpri

Indonesia merupakan salah satu negara yang di mana masyarakatnya tidak sedikit berprofesi sebagai petani hal ini juga didukung akan letak yang strategis serta memiliki lahan yang luas dan subur yang dapat dimanfaatkan. Serta bukan menjadi rahasia lagi bahwasanya Indonesia merupakan negeri yang kaya akan rempah-rempah dan sejarah telah mencatat hal tersebut merupakan salah satu dampak datangnya penjajah di Indonesia. 

Dari sekian banyak rempah-rempah yang ada di negeri ini salah satunya cengkeh yang merupakan rempah yang dibudidayakan oleh petani dan menjadi sumber penghasilan.

Cengkeh juga dapat dijadikan salah satu opsi untuk dibudidayakan oleh petani dengan pertimbangan bahwasanya cengkeh merupakan salah satu tanaman jangka panjang. 

Dalam sebuah wawancara dengan salah satu masyarakat yang merupakan salah satu pembudidaya (Petani) cengkeh selamat selama 8 tahun "Kalau hasil cengkeh itu Alhamdulillah cukuplah untuk membiayai kebutuhan keluarga" Ujar Pak Badi. Adapun hasil daripada cengkeh itu sendiri dijual pada toko-toko yang ada di Kota Palopo.

Hanya saja dalam beberapa waktu terakhir keadaan cengkeh kurang mendukung dikarenakan besar kemungkinan cuaca yang membuat cengkeh tidak berbuah. 

Adapun solusi yang sekiranya dilakukan oleh Pak Badi jika keadaan cengkeh seperti ini atau tidak berbuah dalam jangka waktu yang lama itu mencari sumber pendapatan yang lain salah satunya yaitu membuat gula aren. "Ya kalau cengkehnya bermasalah tidak berbuah pindah lagi ke gula merah (Aren)" Ujar Pak Badi

Pak Badi juga menjelaskan menjelaskan bahwasanya ada beberapa masalah dalam proses pembuatan gula aren diantaranya seperti ketika hujan itu untuk menurunkan tuak dari atas pohon aren itu sulit dilaksanakan dan juga proses penurunan tuak itu harus dilakukan dua kali sehari yakni sore dan pagi. "Kalau kerja gula aren itu terikat kalau tuaknya tidak dikasih turun ya jadi kecut" Ujar Pak Badi.

Sekiranya itulah yang menjadi pendapatan dari Pak badi selaku petani di salah satu Desa Kambo. Sebelum mengakhiri wawancara Pak Badi juga menjelaskan bahwasanya menjadi seorang petani juga itu memiliki risiko seperti gagal dalam panen kerugian dan lain sebagainya itu menjadi hal yang biasa di satu sisi kalau mau menambah lahan itu tidak bisa karena sudah berbatasan dengan lahan orang lain dan juga berbatasan dengan hutan lindung.

Oleh : Hajarul Aswad

Mahasiswa Ekonomi Syariah IAIN Palopo




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline