Lihat ke Halaman Asli

Hairil Anuar

Pengusaha Muda Indonesia

Konflik dan Damai

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14081236271406644788

[Antara Meng-Islamkan dan Meng-Indonesiakan]

Sudah sejak dahulu bangsa ini memiliki corak budaya yang beraneka ragam, Islam dapat mendominasi di negeri ini karena mampu menyentuh semua golongan tanpa memandang kasta dan status sosial, hingga saat ini Islam di Indonesia mampu bertahan dan menjadi parameter seluruh dunia Islam, Bangsa ini dahulu adalah bangsa yang damai, hingga proses akulturasi mulai terjadi dari perdagangan hingga penjajahan dimasa lampau, kemudian daya serap informasi yang besar akan informasi telah menimbulkan efek secara langsung maupun tidak langsung, yang semakin memperuncing fanatisme dan idealisme sebagian kelompok menjadi semakin terbangun ataupun terkikis.

Sejarah Budaya bangsa ini bukan berakar pada bangsa lain di Timur tengah, Barat ataupun dunia lainnya, menilik dari beberapa budaya lokal [local content] yang hingga saat ini masih terjaga, sebagai salah satu contoh Tari Jaipong, tidak pernah ada Tari Jaipong dibelahan dunia Timur Tengah ataupun Barat, bahkan yang mendekati lantunan musik maupun gerakannya.

Disisi lain Harmonisasi kehidupan dan kedamaian di bangsa ini telah terbangun jauh sebelum para bangsa Asing masuk ketanah air kita Indonesia, mereka datang sebagai Tamu tak diundang yang kemudian betah menjajah bangsa ini, dalam pelajaran sejarah indonesia doktrin mengenai peperangan setiap kerajaan selalu menjadi pembahasan, hampir merata dalam riwayat setiap kerajaan yang ada di Nusantara, munculnya stigma suku berdasarkan identitas sejarah moyangnya. Padahal saat ini tidak seperti itu adanya, setiap tragedi akan melahirkan kedewasaan dalam perubahan berpikir dan bertindak, sepantasnya bangsa yang jaya dimasa lampau tercerahkan dengan keilmuan yang terakomodir dalam kegemilangan masa kini hingga masa mendatang.

Dinantinya proses kesadaran atas kemandirian bangsa datang sedini mungkin, sebelum terlambat dan hancur ketika tersadarkan, seperti halnya politik dan ekonomi telah mewarnai rusaknya perjalanan bangsa ini dengan aneka korupsi, setidaknya pikiran matang terorientasi terhadap pengelolaan dan mempertahankan warisan hasil bumi, bukan sebatas pengelolaan dan pembagian keuntungan, kebijakan berujung untuk kesejahteraan umat manusia atau sebaliknya.

munculnya islam dari para pedagang dan pendatang Cina, Arab dan lain-lain, menjadi sebuah wacana menarik untuk diperbincangkan, mengenai motif dan tujuan mereka [Penduduk Asing] mendatangi dan menempati negeri ini, mengingat kebutuhan setiap bangsa dan Negara didunia telah tersedia dan ada di negeri ini,

makadari itu meninjau motif “Gold, Gospel, Glory” yang menjadi keutamaan bagi bangsa barat perlu kita evaluasi bersama, mengingat pertarungan bangsa lain nun jauh disana [diluar negeri ini] telah melampaui waktu berabad silam lamanya terpendam namun tak hilang, gejalanya mulai muncul dinegeri ini.

Pertarungan aneka aliran/madzhab menjadi dialektika tersendiri bagi suatu bangsa misalnya di Timur Tengah, konflik politik yang berakhir dengan pemberantasan dinasti dan perebutan dinasti, konflik yang semata karena kekuasaan politik atas penguasaan ekonomi. Secara politik Ekstrim dengan pandai berpolitik dan menguasai kekuatan perekonomian maka suatu bangsa akan mampu menguasai dunia.

Kita dapat menyebutnya konflik sunni dan syiah berkepanjangan di Timur Tengah ditempat lahirnya Agama Islam, konflik yang demikian itu bukanlah menjadi urusan setiap pribadi atau golongan umat Islam di Negara Indonesia untuk memperpanjang dan mewarisi pertarungan sejarah bangsa lain akibat politik yang diramu dan dicampur adukkan dengan tatanan regilius dibangsa ini,

Pentingnya menjaga kedaulatan NKRI sebagai bentuk Kewaspadaan yang wajib tetap terjaga dinegeri ini. Bangsa ini jangan mau dijadikan arena pertarungan ideologi-ideologi dunia yakni dalam persoalan perekonomian dan penguasaan industri dan menjadi ladang konsumtif,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline