Ragu-ragu membaca namamu
Seikhlas malam undur diri, merelakan pagi tanpa ragu
Tertarik menulis kisah bak pantai terpisah dari pasir, tersiksa orang-orang menyebutmu amatir
Langit-langit, juga bintang-bintang. Ada pada barisan belakang kisah jika kau kenang
Angin laut menyapa bukit dalam tenang, terkekang sambil menarik nafas mengutuk akhir menuju pulang
Mungkin saja, seperti aku, seperti laut, danau, juga bukit, sedang jatuh cinta padamu
Cahaya, sang surya menapaki jiwa-jiwa menyasar dengan kasar ke dasar sanubari
Kehilangan dingin, gelap yang pergi atau terang yang datang, sama-sama indah dipandang
Nafas hidup mengalir menyusuri lembah dingin di belakang kota, isyraratkan kita membuka mata
Dari jendela kaca, kicau burung rupa cinta, bunga-bunga tak bisa berbuat apa-apa
Pagi syahdu, merayu.
Ragu-ragu membaca juga gelisah menulis, hati sudah dipenuhi kagum
Relakan gelap, tak harus membenci malam.
Tapi sayang, cerita ini tertekan tak berakhir mengekang dan kadang kelam