Lanjutan dari Tulisan Seri I dengan tema yang sama "Cerita Anjloknya Omzet Penjual Ketoprak di Batam (Seri I)" klik Seri I untuk baca tulisan sebelumnya !
Ini penulis gambarkan sedikit data aktivitas import bahan dasar dari tahu dan tempe yakni kedelai sesuai dengan tema, dan obrolan penulis dengan dua pemuda sebagai pedagang ketoprak tadi. Dari cerita mereka, di batam sendiri tidaklah beda dengan pasar di daerah lain jika harga di pasar melonjak.
Nah, disini penulis sertakan lagi sedikit data, berdasarkan data pemasukan produk impor hortikultura ke Batam. Priode Januari-Maret 2014, tercatat sebanyak 1.665 ton kedelai impor asal Malaysia. Kembali lagi ke data sebelumnya diatas, Malaysia pada tahun 2016 mengimpor 5.647 dan 2017 Malaysia dengan angka impor kedelai lebih tinggi 9.505 ton di bandingkan tahun sebelumnya.
Pada 2018 masih dengan sumber data yang sama, impor kedelai sempat turun dari 2,67 menjadi 2,58 juta ton. Bukan berarti Impor kedelai Malaysia ikut turun.
Kita lihat impor kedelai Malaysia ke Indonesia dari angka 5.647 ton di tahun 2016, meningkat 9.505 ton di tahun 2017 dan di 2018 impor kedelai ke Indonesia secara umum menurun, impor Malaysia sendiri naik menjadi 10,413 ton meskipun di 2019 menurun lagi impor kedelai Malaysia 8.683 ton. Dan impor kedelai secara umum Indonesia hingga akhir Oktober 2020 Indonesia sudah impor kedelai sebanyak 2,11 juta ton.
Dari data di atas, kita melihat beberapa negara menjadi iportir kedelai terbesar untuk Indonesia dari tahu ke tahun. Dan khusus untuk bahasaan tentang tulisan ini, penulis paparkan data impor kedelai hanya dari Malaysia karena di batam sendiri. Menurut asumsi penulis, di pasaran stok kedelainya kurang lebih 75% dari Malaysia.
Harga kedelai impor dari Malaysia yang mencapai Rp 9.000-10.000 per kilogram di hampir seluruh pasar khusunya wilayah batam. Nah di batam dengan kota yang secara geografis nya sebagian besar adalah kepulaun sehingga ketersediaan produk hortikultura termasuk kedelai di Batam sangat tergantung pasokan dari luar batam, terutama kedelai dari Malaysia tadi.
Satu Artikel lain di Bisnis.com dengan tema "Impor Produk Hortikultura ke Batam Naik 7 Kali Lipat" di batam sendiri direkomendasikan Ada total 7.140,5 ton volume produk hortikultura impor yang masuk. Ini berdasarkan data Badan Pengusahaan Kawasan Free Trade Zone Batam (BP Batam). Sedangkan untuk periode Juli - Desember 2013 lalu, total kuota pemasukan produk-produk hortikultura tersebut hanya sebanyak 1.180 ton (Baca: bisnis.com).
Data terakhir untuk 2020 belum penulis dapat. Kalau pembaca sudah memiliki data, bisa sertakan di kolom komentar.
Itu sedikit data yang penulis perlihatkan untuk sekedar menggambarkan bahwa harga kedelai dalam beberapa pekan terakhir seperti yang penulis, pembaca dan juga para perajin tahu atau tempe ketahui. Harganya kemungkinan bisa di pastikan masih terus naik dari Rp 9.000/10.000/kg hingga mencapai Rp 15.000-20.000/kg.
Dari obrolan penulis dan kedua pemuda penjual ketoprak yang kurang lebih 1 jam ini. Mereka memberikan keterangan berdasarkan harga beli yang mereka tahu, bukan data data Lembaga terkait. Yang sangat tragis lagi di tengah obrolan, pemuda B dengan mengakui mirisnya harga jual di pasar.