Teknologi dan kebudayaan di zaman ini tentu saja tidak bisa dipisahkan, untuk menghindari hilangnya suatu pengetahuan akan budaya pada masyarakat dan khususnya generasi muda tentu saja kita harus selalu melestarikannya. Adanya museum ini mencoba memberikan solusi literasi dengan penerapan teknologi masa kini. Museum Sri Baduga ini merupakan salah satu museum milik pemerintah provinsi Jawa Barat yang memiliki koleksi lengkap untuk menjadi media pembelajaran khususnya untuk masyarakat Jawa Barat terhadap kebudayaan dan sejarah dari Jawa Barat. Museum Sri Baduga berdiri pada tahun 1974 dan diresmikan pada 1980 dengan nama Museum Negeri Provinsi Jawa Barat oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Daud Yusuf. Pada tahun 1990, museum ini berubah nama menjadi Museum Negeri Provinsi Jawa Barat, Sri Baduga ialah nama seorang Raja Agung kerajaan Sunda yang beragama Hindu di Jawa Barat. Koleksi pada Museum Sri Baduga banyak memamerkan berbagai macam benda bersejarah dan benda antik yang bernilai seni tinggi. Namun demikian, sebagai salah satu museum yang telah berdiri puluhan tahun, Museum Sri Baduga memerlukan peningkatan dalam hal pengelolaan internal dan pengelolaan informasi koleksi museum.
Gambar 2. Museum Sri Baduga, Bandung.(Sumber: Humas Kota Bandung, 2022)
Mapag Sri adalah salah satu adat/budaya masyarakat Indonesia khususnya Jawa dan Sunda yang dilaksanakan untuk menyambut datangnya panen raya sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan yang Mahaesa dan juga penghormatan kepada kaum perempuan sebagai wujud lain dari penghormatan kepada Dewi Sri yang dikenal sebagai representasi dari tanaman padi. Mapag Sri dilaksanakan menjelang musim panen. Meskipun panen ini berlangsung setiap tahun, Mapag Sri tidak selalu dilaksanakan setiap tahunnya Ada beberapa faktor yang menyebabkan upacara ini tidak bisa selalu dilaksanakan seperti faktor keamanan, dan faktor buruknya hasil panen sehingga upacara ini tidak dapat dilaksanakan. Mapag Sri dilaksanakan dengan maksud sebagai ungkapan rasa syukur para petani kepada Tuhan Yang Mahaesa karena panen yang diharapkan telah tiba dengan hasil yang memuaskan. Sebelum melaksanakan upacara, biasanya kepala desa mengadakan musyawarah/rempugan dengan sesepuh desa atau pemuka masyarakat. Maksud rempugan tersebut untuk menentukan hari dan dana yang diperlukan untuk upacara. Usai musyawarah, para pamong desa melakukan pengecekan ke sawah-sawah. Bila benar padi telah menguning, segera mengadakan pungutan dana secara gotong-royong. Besarnya pungutan bergantung kemampuan masyarakat.
Dalam Upacara Adat Mapag Sri, terdapat 4 (empat) rangkaian yang mengalami proses komunikasi yaitu Bogbogneng, Sedekah Bumi, Mapag Tamba, dan Mapag Sri. Komponen komunikasi melibatkan media tradisional yaitu penggunaan bahasa Indramayu, dan pamong desa serta masyarakat terlibat dalam peristiwa upacara adat Mapag Sri. Keterkaitan antar komponen menimbulkan perilaku yang khas seperti temohan, adang-adangan, irim-irim, dan rombongan. Gambar 3. Raden Budug Basu dan Dewi Sri di atas Bale Panjang dalam ritual sinoman.(Sumber: Faza, 2019)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI