Lihat ke Halaman Asli

Muslihat Forensik Hipnosis Adi W Gunawan Ketahuan

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

[caption id="" align="aligncenter" width="455" caption="Gambar: theempire88.com"][/caption] Ketika saya menyuruh anda tidur, anda pun berusaha untuk tidur. Dalam kondisi demikian, meskipun nampak tidur namun anda terjaga. Saya lalu memberitahu anda bahwa jemari anda menjadi kaku begitu saya menghitung sampai tiga. Kemudian saya menyuruh anda mengepal namun tidak bisa karena jemari anda kaku. Anda melakukan yang saya suruh, berlagak tidak bisa mengepal karena jemarinya kaku. Saya pun membual kepada penonton bahwa anda dalam kondisi hipnosis alias trance. Lagak tidur anda dan dongeng saya memicu dan memacu penonton berangan-angan anda tidak bisa mengepal karena saya membuat jemari anda kaku dengan kekuatan hipnotis. Itulah hipnotis. Itu sebabnya dikatakan, “Hipnotis adalah sulap tanpa trik.” Memberanikan diri bertanya, di dalam blog berjudul, “Forensik Hipnosis: Untuk Terapi atau Penyidikan?” Adi W Gunawan bersaksi: Saya ingat beberapa tahun lalu saat saya membantu klien, sebut saja Yon, yang adalah korban selamat dari pengemboman hotel Ritz Carlton. Yon datang ke saya, dari Jakarta, setelah selama sekitar tiga bulan menjalani sesi terapi intensif namun tidak berhasil. Yon, yang adalah saksi mahkota, sempat diwawancarai oleh beberapa televisi nasional dan diminta menceritakan apa yang terjadi saat pengeboman itu. Yon selalu mulai dengan cerita saat ia mendorong meja kecil, tempat meletakkan makanan, ke dalam restoran. Dan setelah itu tiba-tiba di dalam restoran ada suara ledakan sangat keras. Sampai di sini ia pasti langsung diam, pandangan matanya nanar, tubuhnya dingin dan kaku, tidak bisa digerakkan, ia tidak bisa bersuara. Butuh waktu rata-rata antara setengah jam sampai satu jam untuk Yon bisa kembali ke kondisi normal dan ia tidak bersedia melanjutkan ceritanya. Apa yang terjadi? Saat menjawab pertanyaan wartawan, Yon kembali mengalami peristiwa ini, di dalam pikirannya, dan ia kembali “mengalami” (revivifikasi) kejadian ini. Dengan demikian setiap kali ia menceritakan kejadian ini, ia mengalami trauma ulang. Semakin lama kondisinya menjadi semakin parah karena trauma yang berulang. Menurut profesional yang menanganinya, Yon mengalami PTSD (Post Traumatic Stress Disorder). Selain mengalami stres ia juga tidak bisa melihat meja makan ukuran kecil, kerumunan orang banyak, pintu darurat, dan mendengar suara keras seperti mercon, guntur, atau suara sepeda motor yang digeber. Setiap kali melihat atau mendengar salah satu dari hal ini ia pasti langsung “hang” selama hampir setengah jam. Apa yang saya lakukan untuk membantu Yon? Saya akan jelaskan di akhir artikel ini. Kembali ke pertanyaan di atas yang belum dijawab, “Apa yang saya lakukan untuk membantu Yon?” Mengingat Yon telah berkali-kali mengalami trauma ulang karena diminta menceritakan apa yang terjadi, saya memutuskan untuk tidak mengakses memorinya. Yang saya lakukan adalah menggunakan teknik khusus, tanpa perlu mengakses memori, namun langsung mencabut emosi keluar dari segmen memori itu. Hasilnya? Hanya dalam waktu sekitar satu jam saya berhasil membantu Yon mengatasi masalahnya. Usai terapi Yon pulang ke Jakarta dan langsung masuk kerja seperti biasa dan sama sekali tidak ada masalah. Bengcu Menggugat: Adi W Gunawan adalah pemilik sekolah hipnotis Institute Of Mind Technology yang manawarkan pelatihan hipnotis dengan harga puluhan juta rupiah dan hipnoterapi dengan biaya jutaan rupiah. Bagaimana cara dia memikat pelanggannya? Dengan tipu muslihat cerita bohong yang diceritakan sebagai kisah nyata. Tujuannya agar pembaca menyangka dirinya sakti mandraguna dan percaya hipnotis adalah KESAKTIAN ilmiah yang sudah teruji keampuhannya. Tersebut di atas adalah salah satu kebohongan Adi W Gunawan untuk mendukung tipu muslihatnya tentang Forensik Hipnosis. Dari mana kita tahu Adi W Gunawan melakukan pembohongan publik? Dengan menguji kesaksiannya secara ilmiah. Tentang Yon, korban bom Jakarta 2009, Adi W Gunawan menulis, selain mengalami stres ia juga “hang” selama hampir setengah jam bila:

  1. Melihat meja makan ukuran kecil
  2. Melihat kerumunan orang banyak
  3. Melihat pintu darurat
  4. Mendengar suara keras mercon, guntur atau suara motor digeber

Ketika bom meledak di loby hotel Ritz Carlton Mega Kuningan Jakarta tahun 2009, tidak ada suara motor yang meraung-raung digeber sama sekali. Juga tidak ada kerumunan orang banyak. Pengebom bunuh diri berjalan tenang ke hotel Ritz Carlton lalu, “BOOOM!” Anda bisa melihat rekaman CCTV-nya di atas. Suara ledakan bom nggak ada mirip-miripnya dengan suara raungan motor digeberlah yao. Di Ritz Carlton ada dua restoran. Yang satu namanya Lobo, letaknya di lantai Loby. Di Lobo tidak ada pintu darurat. Lobo bukan restoran padang yang semua makanan disajikan lalu anda mencomot yang dimaui. Juga bukan restoran Tionghoa yang makanannya disajikan dalam mangkuk dan piring besar lalu anda keroyok rame-rame dengan teman. Di Lobo setiap tamu dilayani secara pribadi oleh satu pelayan. Di Lobo, Satu menu makanan atau minuman dibawa oleh satu pelayan untuk disajikan kepada satu tamu. Di Lobo, saya belum pernah melihat pelayan membawa makanan di tangan yang satu dan minuman di tangan lainnya. Di Lobo tidak ada yang mendorong meja kecil, tempat meletakkan makanan ke dalam restoran. Restoran kedua di Ritz Carlton namanya Asia, konsepnya all you can eat dan open kichen. Tamu memesan makanan ke juru masak di dapur-dapur yang bertebaran. Setelah menerima pesanannya tamu lalu membawanya sendiri ke mejanya untuk dimakan.  Di restoran Asia, tidak ada yang mendorong meja kecil, tempat meletakkan makanan ke dalam restoran. Saya lupa namanya namun di Ritz Carlton ada lounge tempat mendengarkan musik bahkan menari di lantai dansa, juga ada ruang karaoke. Di kedua  tempat itu anda bisa memesan minuman dan makanan, namun keduanya tidak pernah disebut restoran. Menurut Adi W Gunawan, Yon adalah saksi mahkota yang sudah diwawancarai oleh beberapa televisi nasional. Yon selalu mulai dengan cerita saat ia mendorong meja kecil, tempat meletakkan makanan, ke dalam restoran lalu ada ledakan keras. Sampai di sini ia langsung diam, pandangan matanya nanar, tubuhnya dingin dan kaku, tidak bisa digerakkan, ia tidak bisa bersuara. Butuh waktu antara setengah sampai satu jam untuk kembali ke kondisi normal. Kerabatku sekalian, apabila Adi W Gunawan tidak membual mustahil anda tidak menemukan rekaman wawancara Yon di Youtube, bukan? Apabila nyata, kisah Yon “hang” pasti sudah diberitakan oleh berbagai mas media, bukan? Nyatanya, tidak! Biarkan pembual terus membual sampai menyangkal bualannya sendiri. Ketika membual Adi W Gunawan sama sekali tidak pernah menyangka bualannya akan DIUJI, itu sebabnya dia pun membual seenak jidatnya. Kerabatku sekalian, anda percaya Adi W Gunawan punya kesaktian mengakses memori dan mencabut emosi? Bahkan kesaktian mencabut emosi tanpa mengakses memori? Ha ha ha ha ha ….. percaya dari hongkong? Adi W Gunawan meraih gelar Doktor Pendidikan dari Universitas Negeri Malang dengan predikat cum laude tahun 2012. Aneh bin ajaib, ya? Pendidikannya tinggi sekali namun, kenapa cara dia mencari uang RENDAH sekali ya? Memangnya nggak MALU?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline