[caption id="" align="aligncenter" width="573" caption="Gambar: detik.com"][/caption] PEMILU Legislatif sudah berjalan tanggal 09 April 2014 yang lalu. Hasil hitung cepat sudah keluar. Meskipun menjadi JUARA namun suara PDIP kurang dari 20% itu sebabnya nggak bisa mengusung capres (calon presiden) dan cawapres (calon wakil presiden) sendiri. Dalam konferensi pers di kantor Jokowi 4 (four) Presiden 09 April 2014 Jokowi menyatakan dirinya memegang hak preogatif untuk nenentukan cawapres. KOALISI atau GAGAL jadi calon presiden! Itulah pilihannya. Jokowi pemimpin sejati atau AMBISI? Tidak sulit untuk mengujinya. Inilah caranya. KOALISI atau GAGAL jadi calon presiden! Itulah pilihannya. Dengan kondisi demikian maka partai yang diajak koalisi pasti menuntut lowongan cawapres untuk ditukar dengan dukungannya bagi Jokowi. Lowongan cawapres ditukar dengan dukungan partai? Itulah BUKTI Jokowi hanya AMBISI. Bila pemimpin sejati mustahil Jokowi mengasong-asongkan lowongan cawapres untuk mendapatkan dukungan pencapresannya. Kenapa demikian? Karena untuk menjadi presiden yang baik Jokowi butuh dukungan wakil presiden yang baik, wakil presiden yang mendapatkan jabatannya karena aji mumpung, karena pemerasan bukan karena kemampuannya mustahil menjadi wakil presiden yang baik. Agar pemerintahan berjalan baik Jokowi perlu dukungan partai yang baik. Partai yang menempatkan pemimpinnya menjadi wakil presiden karena aji mumpung dengan memeras mustahil partai yang baik, pasti bukan partai yang mendahulukan kepentingan bangsa dan negara. Partai aji mumpung tidak mungkin bemaslahat bagi bangsa dan negara Indonesia. Bila Jokowi memang pemimpin sejati maka dia hanya mau berkoalisi dengan partai-partai yang dipimpin oleh orang-orang yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara bukan orang-orang aji mumpung. Partai-partai yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara pasti akan mendukung Jokowi tanpa menuntut jabatan wakil presiden. Partai-partai demikian setelah menyatakan dukungannya kepada Jokowi lalu bersama-sama dengan PDIP dan Jokowi memilih calon wakil presiden yang baik. Dalam konferensi pers bersama Jokowi di kantor DPP NasDem, Gondangdia, Jakarta Pusat, Sabtu 12 April 2014 Ketua Umum Nasdem, Surya Paloh menyatakan, "Pada hari ini kami menyatakan, PDIP dan NasDem, sama-sama peserta pemilu, sambil menunggu hasil perhitungan, kami sepakat rapatkan barisan untuk persiapan mendukung capres dari PDIP. Saya berikan secara resmi, saya berikan dukungan dengan penuh gembira, capres PDIP dan NasDem sama, yaitu Joko Widodo." Surya Paloh menyatakan dukungannya tanpa menyinggung masalah cawapres. Itulah bukti bahwa NasDem bukan partai aji mumpung, bukan partai pemeras. Itulah bukti bahwa Surya Paloh bukan pemimpin aji mumpung, bukan pemimpin pemeras. Kita patut mengacungkan jempol untuk Surya Paloh dan NasDem. Pernyataan dukungan NasDem juga adalah bukti bahwa Jokowi adalah pemimpin sejati yang mau menjadi presiden untuk mengabdi. Itulah bukti Jokowi bukan pemimpin ambisius yang menghalalkan segala cara untuk menjadi presiden Indonesia. Oleh karena itu kita harus mendukungnya. Bagaimana dengan PKB yang ketua umumnya Muhaimin Iskandar sudah bertemu dengan Megawati tanggal 29 Maret 2014 yang lalu, sebelum PEMILU? Kita tunggu saja. Berssambung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H