[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Gambar: indonesiakuindonesia.blogspot.com"][/caption]
Alih-alih memberi pertanggungan jawab dengan lemah lembut dan hormat serta hati nurani yang murni justru mengancam lapor Polisi dan menuduh main hakim sembarangan? Terlalu!
Di Balai Kartini di hadapan 300 pendeta dari berbagai SINODE dalam acara "Doa Bagi Bangsa", Selasa, 17 Juni 2014, Pendeta besar Gilbert Lumoindong pun mendoakan supaya pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menjadi presiden dan wakil presiden 2014. Karena, negara ini butuh pemimpin yang kuat.
Sementara itu Pdt. Nus Reimas, ketua umum PGLII (Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia) berkata, "Dia (Prabowo) nangis ketika melihat bangsa ini ke depan. Untuk itu, saya sekarang tidak ada masalah dengan Jokowi, tidak masalah dengan PKS dan lain-lainnya. Tapi, yang diperlukan saat ini adalah orang yang mau menangisi bangsa ini,"
Begini Pak, Saya membaca beberapa orang mengkritik dukungan Bapak (kepada Prabowo). Katanya, sebagai pendeta Bapak bertiga seharusnya netral dan gereja mestinya tidak berpolitik. Saya tidak paham peraturan gereja. Kalau pun sebenarnya dilarang toh sudah terlanjur. Jadi, saya tidak akan memprotes mengapa Bapak tidak netral. Saya menulis ini untuk bertanya, mengapa Bapak bertiga memilih Prabowo?
[caption id="" align="alignnone" width="500" caption="Gamber: yesuskristustuhan.blogspot.com"]
[/caption]
Surat ini ditulis oleh pendukung berat Jokowi, yang jelas-jelas menyatakan kebenciannya pada salah satu capres. Penulis surat, hanya senang menghakimi para Pendeta dengan data-data yang beredar di internet, yang belum tentu 100% akurat.
Penulis menafsirkan dan menggunakan ayat-ayat Alkitab seenaknya demi dukungannya kepada Jokowi, & menyatakan kebenciaannya kepada Capres yang lain. Saya mendukung kedua capres, karena saya lebih cinta kesatuan & kedamaian Indonesia lebih dari apapun.