Lihat ke Halaman Asli

[MIRROR] Keblek

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

by :  Hagemaru_j  (No.23)

Semilir angin malam menerobos jendela, berhembus sampai menusuk setiap sendi tulang, suara nafas terasa nyaring ditengah kesunyian malam ini. nyanyian burung hantu saling bersahutan pertanda semakin gelapnya sang malam. sun ametek aji ajiku setan keblek mresuko nan jiwoku dadio siji karo rogoku yen aku liwat, menungso podo blek sek ora ileng dino lan wengi ingsun jagat sasembahan kamulyaaken lelakuku. Mantra terucap, jerit lirih keluar dari mulut, terasa leher seperti  hampir tercekik. laksana gunung berapi berontak pada bumi dadaku terasa tersentak keatas . bulu-bulu lebat kurasakan tumbuh disetiap inci tubuhku, sepasang telinga panjang muncul yang dibarengi dengan hidung serta mata dan mulut kelelawar, sekilas kulihat tumbuh sayap di tangan menyambung ke kaki. aliran darahku berdesir kencang bagai lari maraton , aku merasa terkejut akan perubahan ini, walaupun ini sudah kesekian kalinya aku berubah. Orang memanggilku "keblek", jenis pesugihan seperti babi ngepet namun aku berbentuk kelelawar dengan perut yang buncit besar  menyentuh tanah, langkahku seperti kaki yang dihentakkan ketanah Blek..blek.. blek.. "pergilah sayang hati-hati" pesan istriku sambil menjaga lilin kehidupanku. kepakan sayapku mengandung sirep apabila terbang lewat atas kepala orang dia akan tertidur pulas. kali ini rumah pak parno aku  bertandang,   lewat celah celah jendela aku masuk, almari tempat uang dan perhiasanlah sasaranku, bau uang dan perhiasan muncul begitu saja saat aku berubah jadi kelelawar jadi-jadian. [caption id="attachment_155432" align="aligncenter" width="300" caption="google.com"][/caption] "hehe, hasil besar malam ini" suara batinku menyeruak. "ada uang 90 juta hasil panen dan kalung emas berjumlah 5 buah, istriku pasti girang melihat hasil malam ini". Sudah banyak harta yang aku kumpulkan di rumah pak parno, saatnya aku keluar, akh aku keberatan perutku buncit menyentuh tanah , blek..blek...blek... swara terbangku, blek..blek..blek...  aku terbang meninggalkan pekarangan pak parno, tiba-tiba "dasttttttt dastttttt dastttttt" sabetan kain hampir mengenaiku, aku melihat berpuluh-puluh tangan menggenggam kain sarung yang berisi rajah. ternyata masyarakat desa telah mengetahui keberadaanku, aku lari terbang dengan sekuat tenaga namun beban yang kubawa terasa berat blek..blek.blek..blek . lilin kehidupanku pun bergoyang kesana-kemari bagai tertiup hembuasan angin hal ini membuat istriku gusar berusaha dengan kedua tangannya memagari api lilin kehidupan agar  tetap menyala. Begitu banyak pemuda dan orang tua yang megejarku sampai aku terpojok dan kain sarung itu pun mengenai kepalaku serasa dihantam bongkahan batu besar aku jatuh dan tersungkur ditanah.. "akh....." aku terjatuh dihantamkan kebumi, sabetan-sabetan sarung berisi rajah bagai bebatuan besar yang dihantamkan ketubuhku perihh,,,perihh... sakiittt...  tiada tenaga lagi tersisa, oh inikah akhir hidupku, bagaimana nasib istri dan anak semata wayangku yang berumur 7 bulan, sabetan sarung penduduk semakin membabi buta kelopak mata kian berat, teriakan para warga sudah tak terngiang ditelingaku, hanya isak tangis istriku dirumah yang terbesik ditelingaku, sebelum mataku menutup terakhir kalinya ku lihat 2 siluman berbentuk kelelawar tingginya 7 meter sangatlah besar bertengger di pohon beringin yang rindang, "akh.. ajalku telah tiba", mataku pun tertutup hanya gelap,, gelap gelap.. yang terlihat, tiba-tiba oek..oekk...oekk "fiiuuhh... hosst hostt,," swara tangis bayiku membangunkanku dari mimpi aneh malam ini, aku melihat istriku lagi meninak bobokan bayi kami, untung cuma mimpi :).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline