Lihat ke Halaman Asli

Jakarta Sudah Keluar dari 10 Besar Kota Termacet di Dunia

Diperbarui: 19 Januari 2021   13:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kemacetan lalu lintas sangatlah tidak disukai oleh semua masyarakat, karena kemacetan dapat menyebabkan banyak kerugian terhadap para pengguna jalan. Dampak kemacetan lalu lintas antara lain adalah pemborosan BBM, pemborosan waktu serta menimbulkan polusi udara.

Pemborosan BBM terjadi karena kemacetan menyebabkan kendaraan menjadi terhambat sehingga terjadi pembakaran yang tidak efektif. Selain pemborosan BBM, bila terjadi kemacetan tentu kita juga akan rugi waktu.

Misalnya dari Tonjong ke Bumiayu dapat ditempuh dengan waktu 15 menit, maka bila terjadi kemacetan waktu tempuh bisa membengkak hingga 1 jam atau bahkan lebih. Kemacetan lalu lintas juga dapat menimbulkan stres dan emosi. Kadang-kadang akibat terburu-buru akan terjadi kecelakaan yang dapat mengancam nyawa para pengguna jalan.Namun, dari banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan, kemacetan juga memiliki dampak positif seperti melatih kesabaran seorang pengendara.

Jakarta identik dengan kemacetan lalu lintas.Persoalanya, macet di Jakarta itu bukan hanya karena pertambangan jumlah kendaraan bermotor. Namun, juga karena tidak seimbang dengan pertambahan panjang ruas jalan dan masih ada banyak faktor yang tumpah tindih. Jakarta juga sempat memasuki sepuluh besar kota termacet di dunia.

Menurut TomTom Traffic Index terbaru, Jakarta keluar dari 10 besar kota termacet di dunia. Kini Jakarta berada di posisi ke-31 dari total 416 kota lain, yang berarti kemacetan semakin berkurang," tulis akun @dkijakarta, dikutip Senin (18/1).

Berdasarkan data TomTom Traffic Index, sejak 2017-2020, tingkat kemacetan Jakarta terus membaik. Pada tahun 2017, Jakarta berada di posisi ke 4 kota termacet di dunia dengan tingkat kemacetan 61 persen. Setahun berselang, posisi Jakarta dalam daftar tersebut membaik. Tercatat, Jakarta turun ke posisi 7 dengan tingkat kemacetan 53 persen pada 2018. Kemudian, tahun 2019 posisi Jakarta kembali membaik dengan turun ke posisi 10. Saat itu, TomTom Traffic Index mencatat tingkat kemacetan di Jakarta sebesar 53 persen.

Posisi Jakarta di peringkat tersebut kian membaik pada 2020. Jakarta keluar dari posisi 10 besar yaitu posisi ke-7 dan menempati posisi ke 31 dengan tingkat kemacetan 36 persen, artinya tingkat kemacetan di Jakarta berkurang 17 persen di tahun tersebut. Sepanjang 2020, tingkat kemacetan Jakarta terendah terjadi pada April 2020 sebesar 11 persen. Sementara tingkat kemacetan tertinggi terjadi pada Februari sebesar 61 persen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline