Nama Agus Harimurti yudhoyono atau yang akrab disapa AHY selalu bercokol di perangkat atas pada berbagai survei.
Pertengahaan tahun lalu, Poltracking Indonesia menempatkan AHY berada di posisi kedua untuk cawapres pendamping Presiden Jokowi dengan elektabilitas 16 persen. Poltracking Indonesia menyebutkan AHY dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dinilai oleh publik sebagai figur yang paling tepat mendampingi Joko Widodo di Pemilu 2019.
Selanjutnya pada hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI), tercatat AHY adalah calon wakil presiden terpopuler, dengan angka popularitas sebesar 71.2 persen, mengalahkan Gatot Nurmantyo 56.5 persen, dan Moeldoko 18.0 persen.
Lembaga Riset berbasis digital Radar Media Nasional (Radian) januari lalu juga merilis hasil terkini survei capres dan cawapres. Lagi-lagi, nama AHY berada di papan atas sebagai wapres terkuat.
Apa sebenarnya yang menyebabkan angka keterpilihan Agus Yudhoyono begitu tinggi? Berikut beberapa poin yang menyebabkan nama AHY selalu muncul dan mengalahkan nama-nama politisi senior lainnya di berbagai lembaga survei.
Ledakan Milenial
Berdasarkan data Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), pemilih berusia 17-38 tahun mencapai 55 persen dari jumlah total pemilih pada Pemilu 2019. Pemilih muda juga lebih melek teknologi sehingga lebih banyak mengakses informasi soal calon pemimpin melalui teknologi digital.
Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis bahwa pada tahun 2019 jumlah pemilih pemula sudah mencapai 60 juta orang. Bahkan, pemilih pemuda di bawah usia 35 tahun mendekati angka 100 juta orang.
Pendekatan yang dilakukan AHY terhadap segmentasi pemilih tersebut cukup baik. Selama ini AHY kerap mengisi kelas umum di berbagai universitas di Indonesia. Materi yang ia sampaikan pun dinilai visioner dan sejalan dengan kaum muda, yakni tajuk 'Indonesia Emas 2045', di mana generasi milenial maupun generasi Z pada masa itu akan duduk di posisi pembuat kebijakan.
AHY juga rutin melakukan kegiatan kemanusiaan ke berbagai daerah, seperti saat ia turun langsung membantu pengungsi bencana erupsi gunung agung dan gunung kidul, banjir pacitan, banjir banten, jakarta, dan lainnya. Sebelum masyarakat dihebohkan soal fenomena 'kartu kuning' presiden Jokowi karena masalah gizi buruk di Asmat pun AHY sudah lebih dahulu mengunjungi Indonesia Timur. Bentuk kegiatan seperti itulah yang membuat sosok AHY selalu mendapatkan dukungan dan simpati dari masyarakat.
Menurut Charta Politika, anak muda di Pemilu 2019 secara dominan bersifat kritis, mengecek ulang calon yang akan dipilihnya, mereka aktif bertanya dan berdiskusi serta punya komunitas untuk menentukan pilihan politiknya. Dari situ bisa disimpulkan, idola anak milenial itu pemimpin yang umurnya ada di antara 25-48 tahun.