Lihat ke Halaman Asli

Hafiz Maulana

mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra indonesia universitas pgri wiranegara pasuruan

Keistimewaan Amaliyah Ba'da Maktubah

Diperbarui: 10 Januari 2024   15:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pondok Pesantren Manbaul Huda Al-Mubarok mempunyai sebuah Amaliyah (Wadhifah) khusus yaitu Wiridan. Wiridan merupakan rangkaian bacaan-bacaan khusus yang dibaca setelah sholat maktubah (sholat fardhu). Bacaan wiridan ini sebenarnya hampir sama dengan wiridan yang biasanya kita dengar di kampung-kampung terdekat. Wiridan ini merupakan amaliyah turun-temurun dari guru-guru mursyid. Guru mursyid ialah seorang yang alim serta kasyaf (bisa melihat bathiniyah seseorang). Wiridan yang dipakai disini juga merupakan amaliyah yang di lakukan oleh pondok pesantren yang menganut Thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah. Thoriqoh ini merupakan gabungan dua Thoriqoh yaitu Thoriqoh Qodiriyah dan Thoriqoh Naqsabandiyah

Thariqoh Qodiriyyah: Thariqoh Qodiriyyah adalah salah satu tarekat Sufi yang didirikan oleh Abdul Qadir al-Jilani, seorang ulama dan sufi terkenal dari abad ke-12. Wirid dalam thariqah ini mencakup serangkaian doa dan dzikir yang diajarkan oleh Abdul Qadir al-Jilani. Wirid tersebut bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah, membersihkan hati, dan mencapai kebijaksanaan spiritual.

Thariqoh Naqsyabandiyyah: Thariqoh Naqsyabandiyyah berasal dari Khurasan, wilayah di Asia Tengah. Nama Naqsyabandiyyah berasal dari kota Naqsyaband di Uzbekistan, tempat pendiri tarekat ini, Baha'uddin Naqsyaband, tinggal. Wirid dalam thariqah Naqsyabandiyyah melibatkan zikir dzikir tertentu, termasuk lafazh "La ilaha illallah" (Tidak ada Tuhan selain Allah). Dzikir tersebut diucapkan secara berulang-ulang sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai maqam (tingkat) spiritual tertentu.

Kedua tarekat ini menekankan pentingnya pengendalian diri, ketaatan kepada Allah, dan mencapai maqam spiritual tertentu melalui amalan-amalan khusus. Namun, perlu diingat bahwa pemahaman dan pelaksanaan wirid dalam tarekat tertentu dapat bervariasi di antara pengikut-pengikutnya. Tarekat Sufi umumnya menekankan pengalaman langsung dan hubungan pribadi dengan Allah, serta mengajarkan metode khusus untuk mencapai tujuan spiritual.

 Keunikan wiridan disini yaitu terdapat beberapa bacaan yang sedikit berbeda dengan wiridan pada umumnya. Seperti misalnya penambahan bacaan surah waqiah selepas sholat ashar atau pun penambahan bacaan surah yaasin selepas sholat shubuh dan lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut menjadi ciri khas dari penganut Thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsabandiyah. Rangkaian wiridan ini disusun langsung oleh guru mursyid kita yang merupakan Ijazah dari KH. Hasyim Asy'ari (Jombang) kemudian disempurnakan oleh Hadratus Syeikh Muhammad Utsman Al-Ishaqy R.A dan kemudian disempurnakan lagi oleh putra beliau yakni Hadratus Syeikh Ahmad Asrori Al-Ishaqy R.A melalui sumber rujukan kitab Al-Adzkar An-Nawawi.

Alasan membaca wiridan

Pentingnya wiridan terlihat dari fungsinya untuk meminta ampunan atas segala dosa yang kita lakukan, baik itu dosa kecil maupun besar, yang disengaja atau tidak, termasuk dosa-dosa yang mungkin kita tidak sadari. Selain itu, wiridan juga berfungsi sebagai perlindungan bagi diri kita. Jika kita melafalkan bacaan-bacaan khusus secara istiqomah (rutin), maka akan ada manfaat yang timbul dari wiridan tersebut.

Tidak hanya sebagai bentuk perlindungan, wiridan juga diarahkan untuk menata hati. Hal ini dikarenakan kondisi fisik seseorang sangat dipengaruhi oleh keadaan hatinya. Seperti yang diungkapkan dalam dawuh pengasuh pesantren, bahwa hati seseorang ibarat sebuah kaca, yang akan bersih jika dipelihara dengan baik. Oleh karena itu, wiridan menjadi cara untuk membersihkan dan merawat hati agar selalu dalam keadaan baik.

Dengan melakukan wiridan secara istiqomah, kita dapat merasakan khasiatnya dan mendapatkan manfaat spiritual. Hal ini sejalan dengan nasihat untuk menjaga hati agar selalu bersih dan terarah dengan baik. Wiridan menjadi sarana untuk terus mendekatkan diri kepada Allah, memohon ampunan, dan memperbaiki kualitas hati agar lebih baik.

Seperti yang pernah di dawuhkan oleh pengasuh kami "Awak iki ibarate koyok bis, digowo nang ndi wae yowis opo jare supire. Lah supire awak iku yo atine dewe-dewe". Dawuh tersebut sesuai dengan penjelasan diatas.

Bacaan - bacaan wiridan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline