Lihat ke Halaman Asli

Hafiz Jamalluddin

Pelajar yang haus pengetahuan dan pengalaman

Tawa, Canda, Karya, dan Hidup

Diperbarui: 6 Agustus 2021   16:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Dimana masa yang dirindukan itu kembali? Apakah aku harus melakukan kembali untuk mengetahui kebenaran yang terlanjur terisolasi? Kini ku melihat waktu yang begitu cepat bagiamana aku sempat. Hanya siapa yang tepat dia tak akan terlambat.

Tubuh yang begitu dingin  terombang-ambing dalam kebingungan, keheningan dan kesepian. Kisah yang begitu panjang lebar dijelaskan tanpa ada penafsiran pengalaman. Menjalani hidup dengan apa adanya bukan ada apanya. Lelah dalam lika liku yang sempat terhenti dipersimpangan jalan. Memilih hidup untuk berkarya atau mati sia - sia.

Jalan setapak yang pernah ku lalui hilang begitu saja bersama dengan kenangan yang tak begitu membekas di memori. Kisah yang pernah diceritakan memudar seolah waktu tak mengijinkan. Dalam sudut pandang dunia aku bukan apa apa. Hanya manusia yang menjalani hidupnya dengan segala aspek keselarasan pada Tuhannya. Tertuliskan nama dari seorang manusia biasa.

Tawa yang dulu terdengar riuh gemuruh kini mulai senyap. Anak anak yang dulunya bermain dengan teman temannya dan bersuka ria kini telah tiada. Mereka tumbuh dewasa yang kini harus memikul beban orang tua dan juga kehidupannya. Waktu tak memahami fantasi hanya ada kenyataan yang sedang mencari.

Canda tawamu yang kala itu membuat ku tersenyum ikut hilang bersama logaritma yang telah berkuasa. Peristiwa terjadi begitu saja , hanya kita lewati semasa muda dan tak cukup untuk merasakannya. Mungkin di penghujung logika dirimu ada bersama aura yang kau bawa dari pelataran surga dunia.

Dan demi waktu cerita cerita keceriaan yang tersimpan harus hilang tertutupi sang awan yang tak pernah membukakan pintu hatinya. Ia murung selama beberapa minggu dan tak pernah pergi menyisihkan waktu untuk manusia dalam dunia.

Mentari yang sempat ceria kini tak lagi tampak keberadaannya. Begitupun dengan purnama yang selalu bersinar terang menghiasi gelapnya malam kini hilang tak ada wujudnya. Asap yang mengepul ke udara sasarkan pandangan mataku. Hiasan wajah dunia yang indah sesekali harus terseleksi namun tak selalu terjadi. Tunggu saja sebentar lagi sambil berdiskusi tentang masa depan dunia ini.

Mungkin dekapanku kepada waktu terlalu erat. Mungkin saja fantasiku lebih liar. Mungkin saja aku jatuh ditengah perjalanan menuju perubahan namun Tuhan selalu menemani aku disaat ceria atau duka. Kita terkadang lupa daratan, ketika bersenang-senang lupa namun ketika duka atau musibah datang kita mengingat. Kemana kita selama itu? Tuhan selalu dibutuhkan namun nafsu menggoda untuk menjauhinya. Ada kalanya kita selalu berdampingan namun kita saja tak merasakan.

Aku pernah lupa tentang Tuhan karena berkarya. Ambisi untuk menyelesaikan terlalu mendorong ku menjauhi-Nya. Aku belum sadar alam semesta sebegitu besarnya dan aku hanyalah kumpulan atom atom kecil yang tersebar di seluruh semesta. Ada baiknya aku bersyukur dengan hidup ini yang telah diberi kenikmatan bernafas dan segalanya.

Kembali tentang karya , aku menulis sebuah lagu dengan lirik yang tak puitis dan musik dari gitar tua pertama ku. Aku menulis dengan ekspresi dan juga imajinasi , namun ada kebuntuan datang dan mencicipi karyaku, seketika terhenti karena kehabisan frasa dan kata. Namun aku tak hilang kreatifitas , aku membaca beberapa buku untuk membangkitkan gairahku. Ternyata dunia tentang majas , diksi , puisi , dan  aforisme banyak sekali. Dan inilah aku hanya sedikit yang masih ku arungi hingga saat ini.

Entah tanpa peristiwa atau kejadian yang pernah aku lewati, apakah aku akan menjadi seperti ini ? Atau malah lebih parah dan tak kunjung perbaiki diri dan terpuruk ? Sepertinya iya , kadang aku berpikir untuk bisa paham dasar sebuah alasan kita merubah kebiasaan.  Kita hanya berubah tanpa tau alasan pun bisa , tapi alangkah baiknya perjelas kembali tujuan awal kenapa memutuskan berubah dan juga berkiprah dalam kebenaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline