Lihat ke Halaman Asli

hafizh irsyad

Mahasiswa

Optimalkan Biaya, Maksimalkan Laba: Solusi Jitu Untuk UMKM

Diperbarui: 7 Desember 2024   20:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Di era globalisasi sekarang, persaingan bisnis semakin ketat. Tidak hanya terjadi di perusahaan besar, tetapi juga terjadi pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia. Perusahaan dituntut untuk bagaimana menghadapi persaingan tersebut, akan tetapi di sisi lain perusahaan juga dituntut untuk menjaga dan mengelola kemampuan finansial perusahaan agar dapat bertahan. Salah satu permasalahannya adalah upaya dalam menjaga keseimbangan antara biaya operasional dengan profitabilitas perusahaan. 

Akuntansi Manajemen menawarkan beberapa solusi untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya adalah penentuan biaya produk. Penentuan biaya produk pada sebuah usaha atau perusahaan merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan. Hal ini menjadi penting karena penentuan biaya produk dapat mempengaruhi laba yang didapatkan oleh perusahaan. Dalam penentuan biaya produk, terdapat 2 metode yang dapat digunakan. Yaitu, Penentuan Biaya Penuh (PBP) dan Penentuan Biaya Variabel (PBV). Perbedaan dari kedua metode tersebut adalah pada perlakuan terhadap Biaya Overhead Pabrik Tetap. Dengan mengetahui metode mana yang harus digunakan, suatu perusahaan dapat menghasilkan laba yang lebih optimal.

Dalam konteks di atas, penulis telah melakukan observasi dan wawancara kepada manajer salah satu UMKM di daerah Klaten yang fokus pada bidang manufaktur pembuatan handuk, yaitu CV. Aditex Bangun Cipta. Alasan dilakukannya observasi dan wawancara tersebut adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pendapatan laba perusahaan antara metode PBP dan metode PBV. Ini dimaksudkan untuk mengetahui manakah dari kedua metode tersebut yang menghasilkan laba lebih besar.

Dari hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan, didapatkan data mengenai anggaran produksi berupa anggaran bahan baku, anggaran mesin, anggaran tenaga kerja dll. Data tersebut dibutuhkan dalam perhitungan penentuan biaya produk untuk mengetahui biaya produk per unit, kemudian dapat dilakukan untuk menentukan harga pokok penjualan. setelah dilakukan perhitungan, didapatkan hasil biaya produksi per unit handuk ukuran 50x100 menggunakan metode PBP adalah RP4.922,7 sedangkan metode PBV adalah RP4.266. Terlihat bahwa terdapat perbedaan biaya produksi per unit dari kedua metode tersebut.

Dalam sebulan, Aditex Bangun Cipta mampu menghasilkan dan menjual sekitar 26,000 unit handuk dengan harga jual per unitnya adalah Rp19.500. Sehingga jika dikalikan dengan harga jual per unit, maka  menghasilkan keuntungan kotor sekitar Rp507.000.000. Jika dihitung laba bersihnya menggunakan metode PBP dan PBV akan menghasilkan laba bersih yang sama, yaitu Rp 376.743.333. Laba bersih yang dihasilkan oleh kedua metode tersebut sama walaupun biaya produksi per unitnya berbeda disebabkan oleh unit yang diproduksi sama dengan unit yang dijual. Hal ini selaras dengan teori yang dalam buku Akuntansi Manajemen oleh Baldric Siregar dkk.

Penggunaan metode PBP dan PBV dalam perusahaan merupakan salah satu cara untuk mengetahui biaya produksi per unit produk. Hal ini penting karena untuk menentukan harga jual sebuah produk, pengusaha perlu mengetahui berapa biaya untuk memproduksinya. Metode PB[ dan PBV membantu pengusaha untuk mengetahui HPP per unit produk, harga jual produk, dan mengetahui perusahaan mengalami kerugian atau keuntungan. Dengan metode tersebut juga dapat digunakan sebagai penilaian kinerja manajer.

Penulis berharap penggunaan metode PBP dan PBV juga dapat diterapkan di banyak UMKM di Indonesia. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut tentu perlu adanya keikutsertaan pemerintah dalam melakukan sosialisasi dan pelatihan agar dapat diterapkan di lebih banyak UMKM khususnya pada UMKM yang baru merintis. Dikemudian hari, UMKM diharapkan tidak selamanya berstatus UMKM, melainkan juga dapat menjadi perusahaan nasional bahkan multinasional yang dapat memberikan manfaat bagi Indonesia

Strategi pengelolaan biaya yang efektif, seperti penerapan metode PBP dan PBV menjadi kunci untuk meningkatkan profitabilitas UMKM, termasuk CV. Aditex Bangun Cipta. Analisis menunjukkan bahwa meskipun terdapat perbedaan pada biaya produksi per unit antara kedua metode, laba bersih yang dihasilkan tetap sama ketika jumlah unit yang diproduksi sama dengan yang dijual. Hal ini membuktikan bahwa pemilihan metode akuntansi yang sesuai dapat membantu perusahaan dalam menentukan harga jual yang kompetitif dan mengevaluasi kinerja keuangan secara optimal.

Penerapan metode PBP dan PBV juga memiliki potensi besar untuk diadopsi oleh UMKM lain di Indonesia. Dengan dukungan pemerintah melalui sosialisasi dan pelatihan, UMKM dapat meningkatkan efisiensi operasional dan memperluas skala bisnis mereka. Hal ini dapat berdampak pada perekonomian Indonesia di masa mendatang, dengan berkembangnya UMKM yang melakukan ekspor dan akan menambah devisa negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline