Lihat ke Halaman Asli

Hafiz Fatah

Karyawan

Bergerak Sebelum Genting

Diperbarui: 17 Maret 2020   16:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (c) Macau Photo Agency

Saya sedih dan cemas menyimak perkembangan wabah virus corona di dunia, dan penanganannya di Indonesia. Kabar-kabar yang beredar di media arus utama maupun media sosial menunjukkan kalau ini persoalan serius dan sistem kesehatan kita jauh dari siap untuk menanganinya. 

Merujuk data terbaru, ada 134 kasus positif terjangkit di Indonesia. Mengingat hasil tes baru keluar setelah 3 hari, angka di atas artinya adalah data pasien positif tiga hari yang lalu. Angka hari ini pasti lebih dari itu. Dan itu belum termasuk kasus yang tidak terdeteksi karena akses tes yang sulit dan pengidap kadang tidak punya gejala sakit apa pun.

Di seluruh dunia, sekitar 180.000 orang tertular dalam waktu 2,5 bulan saja. 7.000 di antaranya meninggal. Kelompok paling rentan adalah warga berusia lanjut atau orang dengan riwayat penyakit lain seperti diabetes, tapi banyak pula pasien dari semua umur yang semula sangat bugar. Virus ini bahkan menembus sistem imun atlet profesional dan sistem proteksi terhadap kalangan ring 1 pejabat di beberapa negara. 

Secara umum persentase kematian memang kecil, tapi kabar dari Italia dan Cina mengatakan kalau angka kematian meningkat setelah fasilitas kesehatan kelabakan menangani ribuan pasien yang datang bersamaan. Padahal Italia adalah salah satu negara maju dengan sistem kesehatan terbaik di dunia. 

Vietnam, Taiwan, Hongkong, Singapura, dan Korea Selatan bisa dijadikan contoh sebagai negara yang relatif berhasil menahan laju penularan wabah. Ada setidaknya tiga hal yang mereka lakukan: 1) Travel ban 2) Membatasi aktivitas di ruang publik 3) Memperbanyak test untuk mendeteksi virus.

Kita berkejaran dengan waktu karena laju penyebaran virus bertambah secara eksponensial. Di Italia misalnya, jumlah pasien meningkat dari di bawah seratus menjadi lebih dari 7.000 hanya dalam dua minggu.

Sesudah menetapkan wabah Corona sebagai bencana nasional, kita barangkali bisa sedikit berprasangka positif pada negara. Kita membutuhkan pejabat negara untuk sigap mengambil langkah dan sekuat tenaga menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk mencegah meluasnya persebaran wabah. Indonesia memang bukan negara kaya, tapi sulit juga membayangkan kita akan langsung bangkrut setelah membeli test kit dan alat kesehatan lain dalam jumlah yang memadai. 

Ada cukup kemungkinan bagi kita---warga di luar kelompok rentan--- untuk masih bernafas, bekerja, dan bercanda seperti biasa setelah masa pagebluk ini usai. Namun besar pula kemungkinan untuk kita mendengar kabar tentang sejumlah kasus kematian yang sebetulnya bisa dicegah (jenis kematian yang paling menyesakkan) jika pasien tidak menumpuk.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline